A. Latar Belakang
Banyak orang menganggap metafisika berkaitan dengan
hal- hal yang bersifat gaib. Atau juga ada yang menganggap metafisika sebagai
ilmu yang mempelajari tentang alam- alam setan ataupun yang berhubungan dengan
klenik. Persepsi tersebut sebenarnya tidak dapat disalahkan, karena dalam arena
perebutan makna sebuah istilah, maka sebuah istilah termasuk metafisika seiring
perubahan waktu dalam konteks sosial dan sejarah jelas mengalami pergeseran
makna yang digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat awam. Memang hal-hal
supranatural juga termasuk atau tercakup dalam definisi metafisika, namun metafisika
tidak dapat diartikan sepenuhnya adalah mengenai supranatural, kian lama
agaknya definisi metafisika tidak menunjuk pada objek definitif yang
diwakilinya. Hal yang sama seperti ketika sekarang dalam mempelajari filsafat
lebih familiar diketahui adanya ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebagai
batang tubuh atau elemen-elemen fundamental kajian filsafat, dan seakan
melupakan metafisika.
B. Pengertian Metafisika
Pada mulanya
istilah metafisika digunakan di Yunani untuk merujuk pada karya-karya tertentu
Aristoteles (384-322 SM). Namun sebenarnya istilah metafisika bukanlah dari
Aristoteles, metafisika oleh Aristoteles disebut sebagai filsafat pertama atau
theologia, dalam pandangan Aristoteles, metafisika belum begitu jelas dibedakan
dengan fisika. Istilah metafisika yang kita kenal sekarang, berasal dari bahasa
Yunani ta meta ta physika yang artinya “yang datang setelah fisik”. Istilah
tersebut diberikan oleh Andronikos dari Rhodos (70 SM) terhadap karya-karya
Aristoteles yang disusun sesudah (meta) buku fisika. (Loren Bagus, Matafisika,
(Jakarta: Gramedia, 1991), hlm 18)
Aristoteles dalam bukunya yang
berjudul Metaphysica mengemukakan beberapa gagasannya tentang metafisika antara lain:
·
Metafisika sebagai kebijaksanaan
(sophia), ilmu pengetahuan yang mencari pronsip-prinsip fundamental dan
penyebab-penyebab pertama.
·
Metafisika sebagai ilmu yang
bertugas mempelajari yang ada sebagai yang ada (being qua being) yaitu
keseluruhan kenyataan.
·
Metafisika sebagai ilmu tertinggi
yang mempunyai obyek paling luhur dan sempurna dan menjadi landasan bagi
seluruh adaan, yang mana ilmu ini sering disebut dengan theologia.
Ketiga keterangan Aristoteles
tentang metafisika tersebut, sebenarnya terdapat dua obyek yang menjadi
metafisis Aristoteles yaitu,
(a) yang ada
sebagai yang ada being qua being dan
(b) yang Ilahi.
Namun demikian
Aristoteles sendiri tidak menjadikan dua obyek kajian sebagai obyek bagi dua
disiplin ilmu yang berbeda. Seorang filosof Jerman bernama Christian
Wolff cenderung meyakini bahwa pembicaraan tentang yang ada sebagai yang ada
dan yang Ilahi harus dipisahkan dan tidak dapat dibicarakan bersama-sama. Oleh
karenanya, Wolff memilah filsafat pertama Aristoteles menjadi metaphysica
generalis (metafisika umum) atau juga sering disebut ontologi dan methapysica
specialis (metafisika khusus).
Pengertian Metafisika
Dalam Filsafat Menurut Para Ahli
Menurut Cristian Wolf (1679-1754), metafisika terbagi
menjadi dua jenis. Pertama, metafisika generalis, yakni ilmu yang membahas
mengenai yang ada atau pengada atau yang lebih dikenal sebagai ontologi, dan
kedua, metafisika spesialis yang terbagi menjadi tiga bagian besar,
·
antropologi, yang menelaah mengenai
hakikat manusia, tentang diri dan kedirian, tentang hubungan jiwa dan raga,
·
kosmologi, yang membahas asal-usul
alam semesta dan hakikat sebenarnya, dan
·
teologi, membahas mengenai Tuhan
secara rasional.
Bahasan yang terdapat dalam
metafisika secara umum antara lain meliputi,
(1) yang-ada (being),
(2) kenyataan (reality),
(3) eksistensi (existence),
(4) esensi (essence),
(5) substansi (substance),
(6) materi (matter),
(7) bentuk (form),
(8) perubahan (change),
(9) sebab-akibat (causality), dan
(10) hubungan (relation).
(1) yang-ada (being),
(2) kenyataan (reality),
(3) eksistensi (existence),
(4) esensi (essence),
(5) substansi (substance),
(6) materi (matter),
(7) bentuk (form),
(8) perubahan (change),
(9) sebab-akibat (causality), dan
(10) hubungan (relation).
C.
Elemen- elemen
Metafisika
a.
Secara Umum
Elemen- elemen metafisika secara umum adalah sebagai berikut:
· Elemen Sejati, yaitu Cahaya dan Kegelapan (disebut juga Keteraturan
dan Kekacauan).
· Elemen Alam, yaitu Api, Air, Angin, dan Tanah.
· Elemen Campuran, yang merupakan hasil penggabungan dari Elemen Sejati
dan Elemen Alam; terdiri dari:
1.
Gravitasi (Api + Angin + Cahaya)
2.
Petir (Api + Angin + Kegelapan)
3.
Es (Air + Angin + Cahaya)
4.
Kabut (Air + Angin + Kegelapan)
5.
Isara (Api + Tanah + Cahaya)
6.
Meteor (Api + Tanah + Kegelapan)
7.
Kayu (Air + Tanah + Cahaya)
8.
Logam (Air + Tanah + Kegelapan)
·
Elemen
Individu, yaitu elemen-elemen yang membentuk seorang individu;
terdiri dari Persona/Karakter, Raga, Ruh, dan Akal/Pikiran.
b. Secara Buddhis
Dilihat dari
elemennya secara umum, maka dalam agama Buddha tepatnya dalam Abhidhamma,
dijelaskan juga mengenai unsur- unsur tersebut dalam Rupa 28. Rupa adalah
keadaaan yang dapat berubah dan bercerai dengan kedinginan dan kepanasan. Rupa
terbagai menjadi 2 yaitu:
· Mahabhutarupa
4: 4 unsur dasar yang besar.
1. Pathavi Dhatu:
unsur tanah atau padat.
2. Apo Dhatu:
Unsur Air atau Cair.
3. Tejo Dhatu:
Unsur Api atau Panas.
4. Vayo Dhatu:
Unsur Angin atau Gerak.
· Upadayarupa 24:
24 macama berasal dari materi
1. Pasadarupa 5:
5 materi yang mampu menerima obyek.
a. Cakkhu Pasada:
Landasan Mata.
b. Sota Pasada:
Landasan telinga.
c. Ghana Pasada:
Landasan hidung.
d. Jivha Pasada:
Landasan Lidah.
e. Kaya Pasada:
Landasan jasmanni.
2. Visayarupa 4: 4
yang menjadi objek panca indera.
a. Ruparammana:
Obyek bentuk.
b. Saddarammana:
Obyek Suara.
c. Gandharammana:
Obyek bau.
d. Rasarammana:
Obyek rasa.
3. Bhavarupa 2: 2
macam kelamin.
a. Itthibhava:
unsur betina
b. Purisabhava:
Unsur jantan
4. Hadayarupa 1:
a. Hadayarupa:
unsur batin sanubari
5. Jivitarupa 1
a. Jivitarupa:
unsur kehidupan
6. Ahararupa 1
a. Kabalikarahara:
unsur makanan
7. Paricchedarupa
1
a. Paricchedarupa:
unsur dari ruangan
8. Vinnatirupa 2:
2 bentuk perhubungan
a. Kaya vinnati:
unsur isyarat dengan gerakkan badan.
b. Vaci vinnatti:
unsur isyarat dengan kata- kata.
9. Vikararupa 3: 3
macam gaya plastis.
a. Lahuta: unsur
gaya ringan.
b. Muduta: Unsur
gaya menurut.
c. Kammannata:
unsur gaya menyesuaikan diri.
10. Lakkhana rupa 4:
4 corak yang khas.
a. Upacaya: unsur
sempurna.
b. Santati: Unsur
bergantung terus.
c. Jarata: unsur
kelapukkan.
d. Aniccata: Unsur
tidak kekal.
D. Kesimpulan
Elemen- elemen metafisika secara
umum tidak jauh berbeda dengan apa yang terdapat dalam Rupa 28. Hanya saja
memang pada Rupa 28 ada beberapa unsur yang kalau dipahami kurang sesuai.
Tepatnya elemen- elemen metafisika sama dengan unsur utama
yang besar (Mahabhuta rupa 4). Yang dalam elemen metafisika unsur tersebut
digabungkan sehingga ada elemen yang disebut dengan elemen campuran.Mahabhuta
rupa 4 lebih sesuai dengan elemen alami pada elemen umunya sedangkan elemen
individu lebih cenderung ke Upadaya rupa 24.
Referensi:
ü Panjika. 2004. Kamus Umum Buddha Dharma. Jakarta;
Trisattva Buddhist Centre.
ü
Panjika. 2005. Abhidhammatthasangaha. Tangerang; Vihara Padumuttara.
ü http://www.sarjanaku.com/2012/10/pengertian-metafisika-dalam-filsafat.html
(diakses tanggal 06 Maret 2013)