Disampaikan oleh : Sang Buddha
Kepada : Seorang siswa brahmana
bernama Subha
Tempat : Savathi di Hutan Jeta,
Taman Anathapindika
Latar belakang : Pada waktu Sang Buddha berada di
Savathi, seorang siswa brahmana bernama Subha, anak lelaki Todeyya pergi
menemui Sang Buddha dan bertukar sapa dengan Beliau.
Inti sutta : Penyebab dan kondisi dari
suatu tindakan.
Pembahasan
Seorang siswa brahmana bernama Subha
menanyakan kepada Guru Gotama mengenai apa penyebab dan kondisi sehingga
manusia terlihat ada yang inferior[1]
dan superior[2],
manusia ada yang pendek umur dan ada yang panjang umur, ada yang sakit sakitan
dan ada yang sehat, ada yang buruk rupa ada yang elok rupawan, ada yang miskin
dan ada yang kaya, ada yang lahir di kalangan rendah dan ada yang di kalangan
atas, ada yang bodoh dan ada yang bijaksana.
Kemudian
dari pertanyaan tersebut Sang Buddha menanggapinya antara lain:
-
Seseorang yang memiliki sifat pembunuh, suka membunuh
makhluk, suka berkelahi, suka kekerasan, tidak berbelas kasihan pada makhluk
hidup maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan tidak bahagia dan bila
dilahirkan menjadi manusia maka di manapun dia dilahirkan kembali, akan berumur
pendek.
-
Sebaliknya seorang tidak melakukan perbuatan-perbuatan
tersebut maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan
bila dilahirkan menjadi manusia maka di manapun dia dilahirkan kembali, akan
berumur panjang.
-
Seseorang suka melukai makhluk-makhluk dengan tangan, dengan
bungkahan, dengan tongkat atau dengan pisau maka setelah meninggal akan muncul
kembali dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun
dia dilahirkan kembali, dia menjadi sakit-sakitan.
-
Sebaliknya, bila seseorang tidak melakukan hal seperti itu
maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan bahagia dan bila terlahir
menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia akan sehat.
-
Seseorang yang memiliki watak pemarah, mudah tersinggung bila
dikritik, mudah marah, bersikap bermusuhan dan penuh kebencian, dan menunjukan kemarahan,
kebencian dan kepahitannya itu maka setelah meninggal akan terlahir dalam
keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan
kembali, dia menjadi buruk rupa.
-
Sebaliknya bila seseorang tidak memiliki watak seperti itu
maka maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila
terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi elok
rupawan.
-
Seseorang memiliki sifat iri hati; membenci; dan menggerutu
karena perolehan, rasa hormat, penghormatan, pujian, rasa salut, dan rasa kagum
yang diterima oleh orang lain maka setelah meninggal akan terlahir dalam
keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan
kembali, dia menjadi tidak berpengaruh.
-
Sebaliknya, bila seseorang tidak memiliki sifat seperti itu
maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila
terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi
berpengaruh.
-
Seseorang yang tidak pernah memberikan makanan, minuman,
pakaian, kendaraan, rangkaian bunga, wangi-wangian, obat-obatan, tempat tidur,
tempat berdiam, dan lampu kepada pertapa dan brahmana maka setelah meninggal
akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di
manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi miskin.
-
Sebaliknya bila seseorang senang berdana dan melakukan
perbuatan baik maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia
dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia
menjadi kaya.
-
Seseorang yang memiliki sifat keras kepala dan sombong; tidak
menghormat pada orang yang layak menerima penghormatan, maka setelah meninggal
akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di
manapun dia dilahirkan kembali, dia dilahirkan di kalangan rendah.
-
Sebaliknya bila seseorang memiliki sifat tidak sombong dan
menghormati kepada yang patut dihormati maka setelah meninggal akan terlahir
dalam keadaan yang bahagia dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia
dilahirkan kembali, dia dilahirkan di kalangan atas.
-
Seseorang tidak mengunjungi petapa atau brahmana dan
menanyakan berbagai pertanyaan seperti apa yang bajik, apa yang tidak bajik,
apa yang tercela, tidak tercela, apa yang harus dikembangkan, apa yang tidak
dikembangkan, perbuatan apa yang akan membawa kesejahteraan dan tidak. Maka
setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir
menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi bodoh.
-
Sebaliknya bila seseorang mengunjungi petapa dan menanyakan
pertanyaan tersebut serta melakukan dan menjalankan perbuatan tersebut maka
setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila terlahir
menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi bijaksana.
Demikianlah penjelasan yang
disampaikan oleh Sang Buddha kepada siswa brahmana tersebut atas
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada Sang Buddha.
Akhir khotbah: siswa brahmana Subha yang sebagai pengikut umat awam
menyatakan telah berlindung kepada Sang Buddha seumur hidupnya.
Kesimpulan:
Semua makhluk yang
terlahir dalam kedadaan apa pun itu semua karena suatu makhluk adalah adalah
pemilik tindakan mereka, pewaris tindakan mereka, terikat pada tindakan mereka,
memiliki tindakan sebagai tempat berlindung, tindakan yang membedakan
makhluk-makhluk menjadi inferior dan superior.
Referensi
Bhikkhu Nanamoli dan Bhikkhu Bodhi.
2008. Terjemahan The Middle Length Discourses of the Buddha. Klaten:
Vihara Bodhivamsa.