TES OBYEKTIF BENTUK ISIAN (FILL
IN THE TEST)
A. Pengertian
Tes
obyektif bentuk isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan
perkataan, ungkapan, atau kalimat pendeksebagaijawaban dari kalimat tidak
lengkap, atau jawaban atas suatu pertanyaan atau jawaban atas asosiasi yang
harus dilakukan.
B. Jenis tes isian
1.
Bentuk pertanyaan dengan satu jawaban.
Contoh:
·
Siapakah nama ayah pangeran Siddharta ?
·
Siapakah nama ibu pangeran Siddharta ?
·
Mengapa ayah pangeran Siddharta membangunkan 3
istana untuk pangeran Siddharta ?
2.
Bentuk kalimat tidak lengkap.
Siswa tinggal mengisi satu jawaban yang dibutuhkan.
Contoh:
·
Kusir pangeran Siddharta adalah ......
·
Nama kuda pangeran Siddharta adalah ......
·
Sang Buddha membabarkan Dhamma di ......
3.
Bentuk asosiasi
Persoalan diajukan dalam bentuk pertanyaan kemudian diikuti (digabungkan)
dengan kalimat- kalimat tidak lengkap dan siswa diminta untuk mengisi kalimat
tersebut.
Contoh:
Tulislah arti dari masing- masing kata
berikut ini!
·
Triratna: ....................
·
Dukkha: .....................
·
Anicca :
.....................
·
Anatta: .....................
C. Kelebihan test isian
1.
Mudah dalam penyusunannya.
2.
Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban
dengan pendapatnya sendiri.
3.
Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal.
4.
Test ini sangat cocok untuk mengukur dan
mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan
tes objektif.
5.
Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat
dilihat dari kalimat-kalimatnya.
6.
Jawaban diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat
sendiri, sehingga test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat
dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
7.
Test ini digunakan melatih peserta didik untuk
memilih fakta yang relevan dengan persoalan, dan sukar dinilai secara tepat
mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang
terintegrasi secara utuh.
D. Kelemahan test isian
1.
Sukar dinilai secara tepat jika terdapat
bermacam- macam jawaban yang benar.
2.
Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak
sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
3.
Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar
nasional maupun internasional.
4.
Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.
5.
Sulit untuk menyusun soal yang hanya satu
jawaban, lebih- lebih untuk memproses mental yang tinggi
E. Petunjuk praktis
1.
Dalam membuat pertanyaan yang terlalu banyak
kata yang dihilangkan. Kata yang dihilangkan hendaknya pengertian yang penting
saja, tetapi maksud dari kalimat tetap mudah dan jelas dipahami.
2.
Jawaban yang diinginkan hendaknya benar- benar
dibatasi.
3.
Titik- titik tempat siswa menjawab hendaknya
ditaruh diujung pernyataan.
4.
Jika masalah/ pernyataan memerlukan jawaban
berupa angka, nyatakanlah satuan-satuan tertentu dalam perhitungan itu.
5.
Berilah waktu maksimal ½ menit untuk setiap
nomor soal.
6.
Jangan mengambil alih langsung dari buku teks.
7.
Penilaian gunakanlah rumus:
a.
N= B
b.
N= Jumalah jawaban yang benar dari tempat jadi
bukan butir persoalan.
Jawaban yang kosong dan salah tidak masuk dalam perhitungan.
Referensi:
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.