SILA
Dalam
Jalan Tengah Berunsur Delapan yang terbagi menjadi 3 bagian besar, yaitu: Sila,
Panna, dan samadhi. Sila merupakan dasar dari dua bagian besar lainnya Panna
dan Samadhi. Sebagian besar dari kita belum mengetahui apa itu Sila, untuk itu
penulis akan membahasnya dalam uraian berikut.
a.
Pengertian Sila
Sila merupakan dasar yang utama dalam pengamalan
ajaran agama, merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk meningkatkan
batin yang luhur.
b. Ciri, Fungsi, Wujud Dan Sebab Terdekat Dari
Sila
Ciri Sila (Lakkhana) adalah ketertiban dan ketenangan. Sila dengan jalan apapun akan menggambarkan ketertiban dan ketenangan yang terpelihara dan dipertahankan dengan pengendalian pikiran, ucapan dan perbuatan.
Fungsi (rasa) adalah untuk menhancurkan yang salah (dussiliya) dan menjaga agar orang tetap tidak bersalah (ancajja). Secara singkatnya, yaitu:
Ciri Sila (Lakkhana) adalah ketertiban dan ketenangan. Sila dengan jalan apapun akan menggambarkan ketertiban dan ketenangan yang terpelihara dan dipertahankan dengan pengendalian pikiran, ucapan dan perbuatan.
Fungsi (rasa) adalah untuk menhancurkan yang salah (dussiliya) dan menjaga agar orang tetap tidak bersalah (ancajja). Secara singkatnya, yaitu:
Ø Menghancurkan
kejahatan.
Ø Memperbaiki
perbuatan-perbuatan yang salah.
Ø Menjaga, atau
memelihara, atau mempertahankan perbuatan baik.
Wujud sila (paccupatthana) adalah kesucian (soceyya).
Kita
mengenal seseorang dengan melihat rupanya, demikian pula kita dapat mengenal
Sila dengan wujudnya yang suci yang terlihat pada perbuatan jasmaniah (kaya Soceyya), ucapan (Vaci soceyya), dan pikiran (mano soceyya).
Sebab terdekat adalah Hiri dan Ottapa, hiri adalah perasaan malu untuk berbuat jahat atau kesalahan, ottapa ada perasaan takut akan akibat dari perbuatan jahat. Hiri dan Ottapa disebut Lokapaladhamma atau pelindung dunia.
Sebab terdekat adalah Hiri dan Ottapa, hiri adalah perasaan malu untuk berbuat jahat atau kesalahan, ottapa ada perasaan takut akan akibat dari perbuatan jahat. Hiri dan Ottapa disebut Lokapaladhamma atau pelindung dunia.
c.
Faedah Sila
Dalam Maha Parinibbana Sutta, sang Buddha bersabda:
·
Sila menyebabkan seseorang memiliki banyak harta kekayaan.
·
Nama dan kemashyurannya akan tersebar luas
·
Dia menghadiri pertemuan atau acara, ia tidak akan takut
dicela atau didakwa orang banyak.
·
Sewaktu akan meninggal hatinya tentram, dan
·
Akan terlahir dialam surga.
Selain itu, Sang buddha bersabda dalam Akankheya Sutta
dalam Majjhima Nikaya,
“Para bhikkhu, apabila
seorang bhikkhu berharap’ semoga saya menjadi kecintaan, kesukaan, kehormatan,
kepercayaan, kebanggaan bagi sahabat- sahabat sepenghidupan suci’ hendaknya ia
menyempurnakan sila”.
Apabila kita ingin dicintai, disukai, dihormati semua
orang kita hendaknya selalu melaksanakan sila. Tidak hanya seorang bhikkhu,
dengan sila perbuatan, ucapan, dan pikiran kita menjadi terkontrol. Dengan
demikian, akan akan mudah merealisasikan nibbana.
d.
Bentuk Sila
Dalam kitab Vissudhi Magga,
sila- sila dibagi dalam lima klasifikasi yaitu:
Klasifikasi pertama, terdiri dari satu bagian dan
terdiri dari satu kelompok: semua sila yang bertujuan dan membawa peningkatan
batin yang luhur.
Klasifikasi kedua, terdiri
dari tujuh bagian, yaitu:
·
Caritta sila atau varitta
sila.
Melakukan apa yang telah ditetapkan oleh sang Buddha merupakan Caritta sila sedangkan tidak melakukan
apa yang ditetapkan oleh Sang Buddha adalah varrita
sila.
·
Abhisamacarika- sila dan
adibrahmacarika sila.
Pola perilaku kehidupan keviharaan yang luhur adalah abhisamacarika sila dan adibrahmacarika
sila adalah kondisi awal untuk jalan kehidupan suci.
·
Viratti- sila dan aviratti-
sila.
Pantangan yang merupakan unsur utama untuk timbulnya sila adalah viratti sila. Aviratti sila adalah suatu
sila yang bercorak kehendak (cetasika
viratti) dan kehendak ini merupakan unsur utama timbulnya sila.
·
Nissita- sila dan anissita-
sila.
Nissita- sila adalah sila yang berkaitan
dengan keinginan atau pendangan salah. Sila yang tidak berkaitan dengan
keinginan atau pendangan salah adalah anissita-
sila.
·
Kalapariyanta- sila dan
apanakotika- sila.
Sila yang pelakunya bertekad untuk melaksanakannya dalam waktu terbatas
adalah kalapariyanta- sila dan sila
yang pelakunya bertekad untuk melaksanakannya dalam waktu seumur hidupnya
adalah apanakotika sila.
·
Saripayanta- sila dan apariyanta- sila.
Saripayanta- sila adalah sila yang dilanggar
demi keuntungan, kemashyuran, sanak keluarga, anggota badan, dan hidup. Sila
yang dilaksanakan dengan konsisten meskipun harus mengorbankan jiwanya adala apariyanta- sila.
·
Lokiya- sila dan lokuttara-
sila.
Sila
yang disertai oleh kekotoran batin adalah lokiya-
sila dan yang tidak disertai kekotoran batin adalak lokuttara – sila.
Klasifikasi
ketiga, terdiri dari lima bagian yaitu:
·
Hina- sila, majjhima- sila,
dan panita sila.
Sila yang dilaksanakan unntuk kemashyuran, kedudukan, dsb disebut hina- sila; bila dilaksanakan demi hasil
kebajikan adalah majjhima- sila; yang
dilaksanakan dengan pengertian bahwa sila itu sewajarnya, sudah sepatutnya
dilaksanakan disebut panita- sila.
·
Attadhipateyya- sila,
lokadhipateyya- sila, dan dhammadhi- pateyya-
sila.
Attadhipateyya- sila adalah sila yang
dilaksanakan untuk kehormatan bagi dirinya sendiri karena kedudukannya dan
untuk menghargai dirinya. Sila yang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan untuk
pendapat umum disebut lokadhipateyya-
sila, dan bilamana sila dilaksanakan demi menghormati Dahamma adalah dhammadhi- pateyya- sila.
·
Paramattha- sila,
aparamattha- sila, dan patipasadhi- sila.
Sila- sila yang termasuk ke dalam nissita- sila adalah paramattha- sila. Sila yang sedikit
dicemari oleh keinginan dan pandangan- pandangan salah dari seorang
perumahtangga yang bajik (kalyana
putthujana) dan sila dari orang suci (ariya
puggala) yang masih harus melatih diri lagi ( sekha puggala) dinamakan aparamattha- sila. Sila dari Arahat, orang
suci yang tidak perlu lagi melatih diri (asekkha
puggala), disebut patipassadhi- sila.
·
Visuddha- sila, avisuddha-
sila,dan vematika- sila.
Sila dari seseorang yang telah dibersihkan kembali setelah terjadi
pelanggaran sila disebut vissudha- sila.
Sila dari seseorang yang telah melanggar
sila dan tidak membersihkannya kembali disebut avissudha- sila. Sila yang dilaksanakan oleh seseorang yang ragu-
ragu apakah sudah terjadi pelanggaran, atau sampai taraf manakah itu terjadi
atau apakah dirinya sudah melaksanakan pelanggaran disebut vematika- sila.
·
Sekha- sila, asekha- sila dan nevasekha- nasekha- sila.
Sila
dari mereka yang telah mencapai Sotapanna-
magga sampai dengan Arahanta- magga
adalah sekkha- sila dan sila dari
mereka yang telah mencapai Arahanta-
phala adalah asekkha- sila,
sedangkan selebihnya yang tercantum diatas disebut nevasekkha- nasekkha- sila.
Klasifikasi
keempat, terdiri dari empat bagian yaitu:
·
Hanabhagiya- sila,
thitibhagiya- sila, visesabhagiya- sila, dan nibbedabhagiya-
sila.
Hanabhagiya- sila adalah sila dari seseorang
yang jatuh dari suatu kedudukan sila karena kecerobohan sedangkan sila dari
sesorang yang tetap dimana ia berada, tidak mengalami kejatuhan, adalah thitibhagiya- sila. Sila dari seseorang
yang mendapat kemajuan dalam kehidupan keagamaan karena silanya disebut visesabhagiya- sila. Sila dari seseorang
yang mendapat pandangan terang sehingga dapat melihat hakikat fenomena alam
sebagaimana adanya disebut nibbedabhagiya-
sila.
·
Bhikkhu- sila, bhikkhuni-
sila, anupasampanna- sila, dan gahattha- sila.
Bhikkhu- sila adalah semua peraturan yang
ditetapkan oleh Sang Buddha untuk para bhikkhu; untuk para bhikkhuni adalah bhikkhuni- sila. Dasa sikkhapada yang dilakukan para samanera dan samaneri adalah anupasampanna- sila, dan gahattha- sila adalah Pancasila atau Atthangika Uposattha yang dilakukan pada hari tertentu, khususnya
hari uposattha.
·
Pakatti- sila, acara- sila,
dhammata- sila, pubbahetuka- sila.
Pakatti- sila suatu sila alamiah yang
berlaku dimana- mana tanpa dibatasi zaman. acara-
sila adalah tradisi yang terdapat dalam masyarakat yang mencakup: tata
tertib, peraturan, tatasusila yang terdapat dalam diri seseorang ataupun masyarakat.
Dhammata- sila adalah sila yang terdapat
dalam peristiwa luar biasa seperti sila yang dilakukan seorang ibu yang
mengandung Bodhisatta. Sila yang timbul dari makhluk suci yang timbul dari
pengamalan hidupnya yang lalu adalah pubbahetuka-
sila.
·
Patimokkha- samvara- sila,
indriya- samvara- sila, ajivapari- suddhi- sila, dan paccaya- sannissita- sila.
Patimokkha- samvara- sila adalah sila berupa
pengendalian diri dengan Patimokkha- sila.
Sila yang berupa pengendalian indera adalah indriya-
samvara- sila. Sila berupa pengendalian memperoleh kebutuhan hidup dari
mata pencaharian yang salah seperti: penipuan, menjilat, memaksa, memberi
sedikit dengan harapan memperoleh banyak adalah ajivapari- suddhi- sila, dan sila berupa penggunaan emapt kebutuhan
pokok yang sesuai fungsi pokoknya dalam kehidupan samana disebut paccaya- sannissita- sila.
Keempat sila
ini dilaksanakan oleh para bhikkhu dan bhikkhuni. Juga para samanera dan
samaneri namun tak seluas bhikkhu dan bhikkhuni.
Klasifikasi
kelima, terdiri dari dua bagian yaitu:
·
Pariyamtaparisuddhi- sila (sila yang terbatas
penyuciannya). Sila ini bukan untuk orang yang belum mengalami upasampada
menjadi bhikkhu atau bhikkhuni.
Apariyantaparisuddhi- sila (sila yang tidak terbatas
penyuciannya) adalah sila untuk orang
yang telah mengalami upasampada menjadi bhikkhu atau bhikkhuni.
Paripunaparisuddhi- sila (sila yang paripurna
penyuciannya) adalah sila oarang duniawi yang terbebas dari keinginan dan pandangan
salah.
Aparamatthaparisuddhi- sila (sila dari sekha- puggala
yang masih memerlukan penyucian) adalah sila dari Ariya puggala mulai dari
sotapanna- magga sampai arahanta- magga yang masih latihan untuk menyempurnakan
silanya.
Patipasadhiparisuddhi- sila (sila yang tidak memerluka
latihan lagi) adalah sila dari seorang arahat.
·
Pahana- sila (sila meninggalkan), veramani- sila ( sila menghindari), cetana- sila ( sila kemauan atau
kehendak), samvara- sila (sila
pengendalian diri), dan avitkkama- sila
(sila pelanggaran).
e.
Signifikansi Sila dalam
kehidupan religius.
Sila bagi seorang bhikkhu atau bhikkhuni apabila dilanggar akan berakibat
buruk bagi kehidupan pabajitanya. Jika melanggar mereka bisa saja
dikeluarkan dari sangha dan diminta lepas jubah secara tidak hormat.
Dalam kehidupan religius
atau beragama, sila sangat penting berperan menciptakan toleransi antar umat
beragama. Ketika pikiran, ucapan, dan perbuatan kita terkontrol oleh karena
adanya sila, kita kan selalu bertindak positif dan tidak merugikan umat lain.
Dengan demikian, sila
dapat berperan dalam menciptakan suasana harmonis antar umat beragama dimana
tidak ada lagi umat beragama mengganggu ibadah umat lain. Asalkan kita selalu
melaksanakannya dalam kehisupan sehari- hari.
Referensi:
Rashid,
Teja S. M. 1997. Sila dan Vinaya.
Jakarta: Penerbit Buddhis BODHI.
Maurice
Walshe. 2009. Digha Nikaya. ------:
Dhamma Citta Press.
http://buddhaschool.blogspot.com/2012/01/s-i-l.html
(diakses tanggal 01 Oktober 2012)