A. Pengertian
Tantrayana alias Mantrayana alias
Vajrayana adalah sebuah sub sekte daripada Mahayana. Boleh dibilang, Tantrayana
adalah aspek esoterik dari Buddhism, khususnya Mahayana. Yang mana
seharusnya merupakan tahap akhir dalam perjalanan spiritual seorang Buddhist
setelah sebelumnya menapaki Staviravada (Theravada), lalu kepada Mahayana tradisi
Sutra, lalu berlanjut kepada Mahayana tradisi Tantra (Vajrayana).
Tantrayana adalah satu mazhab dalam
agama Buddha yang sangat istimewa karena memiliki cirri-ciri khas yang unik.
Mazhab ini berkembang pesat diantaranya negara India, China, Tibet, Jepang,
Korea dan Asia Tenggara serta benua Eropa, Australia hingga benua Amerika.
B. Kitab Suci
Mazhab Tantrayana di Tibet
Mazhab Tantrayana di Tibet memiliki
naskah terjemahan kitab suci yang kebanyakan berasal dari India dan terdiri
lebih dari 4.566 naskah. Kumpulan naskah dalam bahasa Tibet tersebut
digolongkan dalamdua bagian, masing-masing :
Bkahgyur(dibaca Kanjur) yang
sebahagian besar adalah terjemahan dari bahasa Sanskerta dan sebahagian kecil
terjemahan dari bahasa mandarin, terdiri dari 3.458 naskah serta dihimpun dalam
tiga bagian, yakni :
a.
Dulva (Vinaya), terdiri dari 13 bagian, merupakan
peraturan-peraturan,disiplin, tata tertib untuk anggota Sangha.
b.
Do (Sutra), terdiri dari 66 bagian yang mencatat
ajaran Hyang Buddha, seperti halnya dalamsutra-sutra canon pali dan sutta-sutta
kanon sanskerta dan selalu diawali dengan "Demikianlah yang saya
dengar".
c.
Chon non pa (Abhidhamma), terdiri dari 21 bagian yang
merupakan pelajaran filsafat dan pembahasan dari ajaran Hyang/Sang Buddha.
Bstanghyur (dibaca Tanjur), merupakan pembahasan atau
komentar (tafsir) yang dihimpun dalam dua kitab :
·
Tantra (Rgyud), terdiri dari 22 bagian yang berisi
doa-doa,dharani-dharani, mudra, mandala dan lain-lainnya.
·
Sutra, merupakan pembahasan atau komentar (tafsir)
dari Do (sutra).
Tantra terpisah dari Mahayana dalam
hal pendefinisian tujuan dan tipe manusia ideal dan juga dalam cara pengejaran.
Tujuannya masih sama, yaitu Kebuddhaan, walaupun tidak lagi terjadi di masa
depan, berkalpa-kelpa kemudia, tetapi saat ini, “dengan tubuh ini”, “dalam satu
piiran” yang diperoleh secara ajaib dengan cara-cara yang baru, cepat, dan
mudah. Orang suci yang ideal sekarang adalah Siddha atau ahli
mukjizat, walaupun agak mirip dengan Bodhisattwa yang telah melewati tahap
kedelapan dengan kekuatan-kekuatannya yang ajaib dan berkembang sempurna.
Tantra itu mewakili di antara
sekte-sekte Mahayana, panca indera mengenai semangat, secara tradisi ditegaskan
sebagai terdiri dari perawatan dan hasil dari yang bermanfaat, dan menghapuskan
serta gangguan dari yang tidak bermanfaat, keadaan mengenai pikiran. Dengan
keadaan bermanfaat dari Jhana, atau Dhyana, pikiran yang terutama dimaksudkan.
Maka dari itu kepentingan yang didominasi Tantra bukanlah teori tetapi praktek
‘Itulah di dalam Tantra bahwa
Buddhism menemukan kemekaran dan peremajaan lagi yang konstan’.
Tetapi walaupun Tantra berarti
tindakan, dan karenanya untuk kekuatan di dalam semua modenya, itu tidak
berarti tindakan secara umum, yang akan lebih baik dimiliki hanya aktivitas,
tapi terutama untuk ritual atau perbuatan sakral. Di dalam prinsip ringan yang
fundamental ini, dasar ‘kebenaran bagi eksistensi’ lebih dari penekanan Tantra
dengan ciri-cirinya secara jelas diperlihatkan.
Pentingnya aspek dan tradisi yang
permulaan di mana memberikan dasar teori yang paling dekat mengenai
kesakramenan Tantra; dikarenakan, sebagaiman Conze mengamati secara dekat jikalau
Tantra mengharapkan keselamatan dari perbuatan suci, itu haruslah mempunyai
suatu konsepsi mengenai Alam Semesta yang menurut perbuatan seperti itu dapatlah
pada pengangkatan pembebasan.
Jikalau realitas transendental
menunjukkan Aksobhya, misalnya, sungguh-sungguh ada, itu haruslah memungkinkan
untuk menempatkan Dia pada suatu tempat yang penting di dalam setiap bentuk
mengenai kehidupan fenomena dan aktivitas. Bukanlah itu, walaupun dikatakan
Bulan itu dipantulkan sebuah kolam air, tidak dipantulkan dalam keseluruhan
kolam itu, tapi hanya dalam satu bagian penting darinya. Untuk mengetahui bahwa
Akshobhya dipantulkan dalam dunia fenomena tidaklah cukup. Dunia itu terdiri
dari lima skandha. Salah satu dari mereka itu haruslah pentulan aksobhya.
Karena pengertian harfiah dari Aksobhya adalah ‘Yang Tenang Sekali’. Tantra
mengenali Aksobhya dengar Vijnanaskandha atau kumpulan dari kesadaran. Pada
prinsip ini Tantra membangun sistem dalam Buddha, Bodhisattva dan Dewa yang
tidak terhitung semua mewakili baik aspek yang berbeda mengenai Realitas atau
tingkatan yang berbeda mengenai Jalan Transendental, dihubungkan tidak hanya
dengan suatu kumpulan (skandha) dari milik mereka, tapi juga dengan suatu
kumpulan yang penting ‘mantra, mudra, unsur (elemen), arah, hewan, warna,
indera-perasaan, bagian dari tubuh dan sebagainya.
Tantra adalah lebih sulit untuk
memberikan suatu penjelasan daripada sekte lainnya dalam Buddhisme. Alasannya
ialah kedua-duanya mengenai ajaran bagi internal dan eksternal. Untuk memulai
dengan Tantra ialah bukan dengan penyamarataan teori tapi dengan latihan yang
teratur dan mendalam, karena mengenai suatu tingkat yang lebih tinggi bukanlah eksoterik
melainkan esoterik, yang selama berabad-abad dijaga secara bersama-sama dengan
cara tradisi lisan dan dengan hati-hati melindungi dari keinginan-keinginan
yang kotor.
Pada jaman sekarang, Tantrayana
lebih dikenal berasal dari Tibet.
Sehingga orang awam berpendapat bahwa Tantrayana adalah agama Buddha Tibet,dan bersumber dari kepercayaan dan "rekayasa/ciptaan" bangsa Tibet.
Sehingga orang awam berpendapat bahwa Tantrayana adalah agama Buddha Tibet,dan bersumber dari kepercayaan dan "rekayasa/ciptaan" bangsa Tibet.
Hal ini tidaklah
mengherankan, karena hanya di
Tibet, Bhutan, Nepal,Ladakh, India dan Mongolialah Tantra tetap
eksis dan bertahan sampai sekarang,terutama sekali di Tibet.
C. Identitas
Tantrayana di Tibet
Identitas mazhab Tantrayana di Tibet
dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
matra atau ukuran yang dikenal sebagai silsilah
turun-temurun (lineage).Silsilah turunan utama tersebut meliputi para Guru yang
diawali dengan Sang Buddha, para acharya yang berasal dari India sampai dengan
guru dari Tibet pada masa-masa sekarang ini, yang telah memberikan / menurunkan
ajaran Tantrayana baik secara metode lisan maupun tulisan menurut tradisi
turun-temurun.
b.
Faktor yang lain adalah kelompok ajaran secara lisan
dan tulisan yang dihasilkan oleh para anggota daripada silsilah turun temurun
(lineage) tersebut, termasuk uraian, karangan, komentar, tafsiran, ulasan,
tekstual yang mengandung unsur ritual dan sebagainya.
c.
Sekte sekte dikenal pula dengan cara latihan
masing-masing yang khas dan unik. Misalnya sekte Kar-gyu-pa menitik beratkan
meditasi, yang umumnya disebut tradisi meditasi atau samadhi. Sedangkan sekte
Kah-dam-pa ataupun sekte Ge-lup-pa dikenal memiliki tradisi disiplin
intelektual.
d.
Faktor lain yang menonjol dan menarik perhatian adalah
gabungan biara/ monastery tempat para Lama/Bhiksu yang berfungsi sebagai tempat
belajar serta tempat latihan religi. Biasanya suatu biara merupakan markas
besar yang resmi bagi satu sekte sambil dijadikan sebagai suatu contoh atau
model bagi yang lainnya. Setiap sekte besar memiliki banyak biara. Sedang sekte
yang kecil hanya memiliki satu atau dua biara saja.
e.
Setiap sekte juga dikenali dengan memimpin spiritual
yang berkedudukan tinggi, biasanya disebut "Tulku"
D. Sekte-sekte
Tantrayana yang utama di Tibet
a.
Sekte nim-ma-pa (sekte jubah merah/ancient red sect)
Anggota
sekte ini selalu memakai jubah dan topi merah. Mereka merupakan keturunan dari
garis silsilah (lineage) dari maha guru Padma sambhava.
Mereka
menjalankan ajaran esoteric (ajaran rahasia). Ajaran dan interpretasi sekte ini
merupakan penggabungan dari Buddha Dharma dan Bon-pa. Dan di dalam
prakteknya mereka tidak hanya merupakan jalan pikiran yang rasional, namun juga
memerlukan inspirasi guna menguasai:
·
Dasar permulaan ajaran di transfer langsung dari para
acarya India.
·
Mempertahankan tradisi teks-teks kuno yang disimpan
/ dipendam dalam bumi (tanah) seperti Kitab Bardo Thodol.
b.
Sekte Kah-dam-pa
Sekte ini
dipelopori oleh Atissa Srinyana Dipankara pada tahun 1042 masehi. Atissa pada
tahun 1012 pernah mengunjungi Sriwijaya dan berguru pada Maha Acarya Dharmapala
selama duabelas tahun, Atissa kembali ke Tibet pada tahun 1042. Beliau wafat
tigabelas tahun, kemudian perkembangannya dikemudian hari sekte ini bergabung
denga Ge-lug-pa.
c.
Sekte Ge-lug-pa (Sekte jubah kuning)
Anggota
sekte ini mengenakan jubah berwarna kuning. Sekte ini merupakan pembaharuan
dari sekte Kah-dam-pa dan dipelopori oleh Tzong-ka-pa pada abad XV.
d.
Sekte Kar-gyu-pa
Sekte ini
didirikan oleh Lama Marpa pada abad XI. Garis silsilah (lineage) sekte ini
diawali dengan Buddha Vajradhara (symbol Penerangan Agung). Para siswa sekte
ini dalam pelaksanaan latihan religi dan upacara ritualnya wajib memandang
gurunya sebagai Vajradhara, supaya dapat lebih mendekatkan diri pada Sang
Buddha, sambil menjamin keberhasilan hubungan erat antara guru dan murid. Salah
seorang siswa Marpa yang terkenal adalah Milarepa, yang juga dikenal sebagai
filsuf dan penyair terkenal dari Tibet.
EmoticonEmoticon