infeed1

METAFISIKA DAN ELEMEN- ELEMENNYA DALAM BUDDHIS

7:28 PM Add Comment



A.    Latar Belakang
Banyak orang menganggap metafisika berkaitan dengan hal- hal yang bersifat gaib. Atau juga ada yang menganggap metafisika sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam- alam setan ataupun yang berhubungan dengan klenik. Persepsi tersebut sebenarnya tidak dapat disalahkan, karena dalam arena perebutan makna sebuah istilah, maka sebuah istilah termasuk metafisika seiring perubahan waktu dalam konteks sosial dan sejarah jelas mengalami pergeseran makna yang digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat awam. Memang hal-hal supranatural juga termasuk atau tercakup dalam definisi metafisika, namun metafisika tidak dapat diartikan sepenuhnya adalah mengenai supranatural, kian lama agaknya definisi metafisika tidak menunjuk pada objek definitif yang diwakilinya. Hal yang sama seperti ketika sekarang dalam mempelajari filsafat lebih familiar diketahui adanya ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebagai batang tubuh atau elemen-elemen fundamental kajian filsafat, dan seakan melupakan metafisika.
B.     Pengertian Metafisika
Pada mulanya istilah metafisika digunakan di Yunani untuk merujuk pada karya-karya tertentu Aristoteles (384-322 SM). Namun sebenarnya istilah metafisika bukanlah dari Aristoteles, metafisika oleh Aristoteles disebut sebagai filsafat pertama atau theologia, dalam pandangan Aristoteles, metafisika belum begitu jelas dibedakan dengan fisika. Istilah metafisika yang kita kenal sekarang, berasal dari bahasa Yunani ta meta ta physika yang artinya “yang datang setelah fisik”. Istilah tersebut diberikan oleh Andronikos dari Rhodos (70 SM) terhadap karya-karya Aristoteles yang disusun sesudah (meta) buku fisika. (Loren Bagus, Matafisika, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm 18
Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Metaphysica mengemukakan beberapa gagasannya tentang metafisika antara lain:
·            Metafisika sebagai kebijaksanaan (sophia), ilmu pengetahuan yang mencari pronsip-prinsip fundamental  dan penyebab-penyebab pertama.
·            Metafisika sebagai ilmu yang bertugas mempelajari yang ada sebagai yang ada (being qua being) yaitu keseluruhan kenyataan.
·            Metafisika sebagai ilmu tertinggi yang mempunyai obyek paling luhur dan sempurna dan menjadi landasan bagi seluruh adaan, yang mana ilmu ini sering disebut dengan theologia.
Ketiga keterangan Aristoteles tentang metafisika tersebut,  sebenarnya terdapat dua obyek yang menjadi metafisis Aristoteles yaitu,
(a) yang ada sebagai yang ada being qua being dan
(b) yang Ilahi.
Namun demikian Aristoteles sendiri tidak menjadikan dua obyek kajian sebagai obyek bagi dua disiplin ilmu yang berbeda. Seorang filosof  Jerman bernama Christian Wolff cenderung meyakini bahwa pembicaraan tentang yang ada sebagai yang ada dan yang Ilahi harus dipisahkan dan tidak dapat dibicarakan bersama-sama. Oleh karenanya, Wolff memilah filsafat pertama Aristoteles menjadi metaphysica generalis (metafisika umum) atau juga sering disebut ontologi dan methapysica specialis (metafisika khusus). 
Pengertian Metafisika Dalam Filsafat Menurut Para Ahli
Menurut Cristian Wolf (1679-1754), metafisika terbagi menjadi dua jenis. Pertama, metafisika generalis, yakni ilmu yang membahas mengenai yang ada atau pengada atau yang lebih dikenal sebagai ontologi, dan kedua, metafisika spesialis yang terbagi menjadi tiga bagian besar, 
·                antropologi, yang menelaah mengenai hakikat manusia, tentang diri dan kedirian, tentang hubungan jiwa dan raga,
·                kosmologi, yang membahas asal-usul alam semesta dan hakikat sebenarnya, dan
·                teologi, membahas mengenai Tuhan secara rasional.
Bahasan yang terdapat dalam metafisika secara umum antara lain meliputi,

(1) yang-ada (being),  
(2) kenyataan (reality),                       
(3) eksistensi (existence),       
(4) esensi (essence),    
(5) substansi (substance),       
(6) materi (matter),     
(7) bentuk (form),       
(8) perubahan (change),          
(9) sebab-akibat (causality), dan        
(10) hubungan (relation). 
C.     Elemen- elemen Metafisika 
a.      Secara Umum
Elemen- elemen metafisika secara umum adalah sebagai berikut:
·   Elemen Sejati, yaitu Cahaya dan Kegelapan (disebut juga Keteraturan dan Kekacauan).
·   Elemen Alam, yaitu Api, Air, Angin, dan Tanah.
·   Elemen Campuran, yang merupakan hasil penggabungan dari Elemen Sejati dan Elemen Alam; terdiri dari:
1.      Gravitasi (Api + Angin + Cahaya)
2.      Petir (Api + Angin + Kegelapan)
3.      Es (Air + Angin + Cahaya)
4.      Kabut (Air + Angin + Kegelapan)
5.      Isara (Api + Tanah + Cahaya)
6.      Meteor (Api + Tanah + Kegelapan)
7.      Kayu (Air + Tanah + Cahaya)
8.      Logam (Air + Tanah + Kegelapan)
·   Elemen Individu, yaitu elemen-elemen yang membentuk seorang individu; terdiri dari Persona/Karakter, Raga, Ruh, dan Akal/Pikiran.
b.      Secara Buddhis
Dilihat dari elemennya secara umum, maka dalam agama Buddha tepatnya dalam Abhidhamma, dijelaskan juga mengenai unsur- unsur tersebut dalam Rupa 28. Rupa adalah keadaaan yang dapat berubah dan bercerai dengan kedinginan dan kepanasan. Rupa terbagai menjadi 2 yaitu:
·   Mahabhutarupa 4: 4 unsur dasar yang besar.
1.      Pathavi Dhatu: unsur tanah atau padat.
2.      Apo Dhatu: Unsur Air atau Cair.
3.      Tejo Dhatu: Unsur Api atau Panas.
4.      Vayo Dhatu: Unsur Angin atau Gerak.
·   Upadayarupa 24: 24 macama berasal dari materi
1.      Pasadarupa 5: 5  materi yang mampu menerima obyek.
a.       Cakkhu Pasada: Landasan Mata.
b.      Sota Pasada: Landasan telinga.
c.       Ghana Pasada: Landasan hidung.
d.      Jivha Pasada: Landasan Lidah.
e.       Kaya Pasada: Landasan jasmanni.
2.      Visayarupa 4: 4 yang menjadi objek panca indera.
a.       Ruparammana: Obyek bentuk.
b.      Saddarammana: Obyek Suara.
c.       Gandharammana: Obyek bau.
d.      Rasarammana: Obyek rasa.
3.      Bhavarupa 2: 2 macam  kelamin.
a.       Itthibhava: unsur betina
b.      Purisabhava: Unsur jantan
4.      Hadayarupa 1:
a.       Hadayarupa: unsur batin sanubari
5.      Jivitarupa 1
a.       Jivitarupa: unsur kehidupan
6.      Ahararupa 1
a.       Kabalikarahara: unsur makanan
7.      Paricchedarupa 1
a.       Paricchedarupa: unsur dari ruangan
8.      Vinnatirupa 2: 2 bentuk perhubungan
a.       Kaya vinnati: unsur isyarat dengan gerakkan badan.
b.      Vaci vinnatti: unsur isyarat dengan kata- kata.
9.      Vikararupa 3: 3 macam gaya plastis.
a.       Lahuta: unsur gaya ringan.
b.      Muduta: Unsur gaya menurut.
c.       Kammannata: unsur  gaya menyesuaikan diri.
10.  Lakkhana rupa 4: 4 corak yang khas.
a.       Upacaya: unsur sempurna.
b.      Santati: Unsur bergantung terus.
c.       Jarata: unsur kelapukkan.
d.      Aniccata: Unsur tidak kekal.

D.    Kesimpulan
Elemen- elemen metafisika secara umum tidak jauh berbeda dengan apa yang terdapat dalam Rupa 28. Hanya saja memang pada Rupa 28 ada beberapa unsur yang kalau dipahami kurang sesuai.
Tepatnya elemen-  elemen metafisika sama dengan unsur utama yang besar (Mahabhuta rupa 4). Yang dalam elemen metafisika unsur tersebut digabungkan sehingga ada elemen yang disebut dengan elemen campuran.Mahabhuta rupa 4 lebih sesuai dengan elemen alami pada elemen umunya sedangkan elemen individu lebih cenderung ke Upadaya rupa 24.

Referensi:
ü  Panjika. 2004. Kamus Umum Buddha Dharma. Jakarta; Trisattva Buddhist Centre.
ü  Panjika. 2005. Abhidhammatthasangaha. Tangerang; Vihara Padumuttara.
ü  http://www.vandaria.com/metafisika-elemen-pembentuk (diakses tanggal 06 Maret 2013)
·         http://parapsikolog.wordpress.com/arti-metafisika/ (diakses tanggal 06 Maret 2013)
ALIRAN TANTRAYANA DI TIBET

ALIRAN TANTRAYANA DI TIBET

7:22 PM Add Comment


A.    Pengertian
Tantrayana alias Mantrayana alias Vajrayana adalah sebuah sub sekte daripada Mahayana. Boleh dibilang, Tantrayana adalah aspek esoterik dari Buddhism, khususnya Mahayana. Yang mana seharusnya merupakan tahap akhir dalam perjalanan spiritual seorang Buddhist setelah sebelumnya menapaki Staviravada (Theravada), lalu kepada Mahayana tradisi Sutra, lalu berlanjut kepada Mahayana tradisi Tantra (Vajrayana).
Tantrayana adalah satu mazhab dalam agama Buddha yang sangat istimewa karena memiliki cirri-ciri khas yang unik. Mazhab ini berkembang pesat diantaranya negara India, China, Tibet, Jepang, Korea dan Asia Tenggara serta benua Eropa, Australia hingga benua Amerika.
B.     Kitab Suci Mazhab Tantrayana di Tibet
Mazhab Tantrayana di Tibet memiliki naskah terjemahan kitab suci yang kebanyakan berasal dari India dan terdiri lebih dari 4.566 naskah. Kumpulan naskah dalam bahasa Tibet tersebut digolongkan dalamdua bagian, masing-masing :
Bkahgyur(dibaca Kanjur) yang sebahagian besar adalah terjemahan dari bahasa Sanskerta dan sebahagian kecil terjemahan dari bahasa mandarin, terdiri dari 3.458 naskah serta dihimpun dalam tiga bagian, yakni :
a.       Dulva (Vinaya), terdiri dari 13 bagian, merupakan peraturan-peraturan,disiplin, tata tertib untuk anggota Sangha.
b.      Do (Sutra), terdiri dari 66 bagian yang mencatat ajaran Hyang Buddha, seperti halnya dalamsutra-sutra canon pali dan sutta-sutta kanon sanskerta dan selalu diawali dengan "Demikianlah yang saya dengar".
c.       Chon non pa (Abhidhamma), terdiri dari 21 bagian yang merupakan pelajaran filsafat dan pembahasan dari ajaran Hyang/Sang Buddha.
Bstanghyur (dibaca Tanjur), merupakan pembahasan atau komentar (tafsir) yang dihimpun dalam dua kitab :
·           Tantra (Rgyud), terdiri dari 22 bagian yang berisi doa-doa,dharani-dharani, mudra, mandala dan lain-lainnya.
·           Sutra, merupakan pembahasan atau komentar (tafsir) dari Do (sutra).
Tantra terpisah dari Mahayana dalam hal pendefinisian tujuan dan tipe manusia ideal dan juga dalam cara pengejaran. Tujuannya masih sama, yaitu Kebuddhaan, walaupun tidak lagi terjadi di masa depan, berkalpa-kelpa kemudia, tetapi saat ini, “dengan tubuh ini”, “dalam satu piiran” yang diperoleh secara ajaib dengan cara-cara yang baru, cepat, dan mudah. Orang suci yang ideal sekarang adalah Siddha atau ahli mukjizat, walaupun agak mirip dengan Bodhisattwa yang telah melewati tahap kedelapan dengan kekuatan-kekuatannya yang ajaib dan berkembang sempurna.
Tantra itu mewakili di antara sekte-sekte Mahayana, panca indera mengenai semangat, secara tradisi ditegaskan sebagai terdiri dari perawatan dan hasil dari yang bermanfaat, dan menghapuskan serta gangguan dari yang tidak bermanfaat, keadaan mengenai pikiran. Dengan keadaan bermanfaat dari Jhana, atau Dhyana, pikiran yang terutama dimaksudkan. Maka dari itu kepentingan yang didominasi Tantra bukanlah teori tetapi praktek
‘Itulah di dalam Tantra bahwa Buddhism menemukan kemekaran dan peremajaan lagi yang konstan’.
Tetapi walaupun Tantra berarti tindakan, dan karenanya untuk kekuatan di dalam semua modenya, itu tidak berarti tindakan secara umum, yang akan lebih baik dimiliki hanya aktivitas, tapi terutama untuk ritual atau perbuatan sakral. Di dalam prinsip ringan yang fundamental ini, dasar ‘kebenaran bagi eksistensi’ lebih dari penekanan Tantra dengan ciri-cirinya secara jelas diperlihatkan.
Pentingnya aspek dan tradisi yang permulaan di mana memberikan dasar teori yang paling dekat mengenai kesakramenan Tantra; dikarenakan, sebagaiman Conze mengamati secara dekat jikalau Tantra mengharapkan keselamatan dari perbuatan suci, itu haruslah mempunyai suatu konsepsi mengenai Alam Semesta yang menurut perbuatan seperti itu dapatlah pada pengangkatan pembebasan.
Jikalau realitas transendental menunjukkan Aksobhya, misalnya, sungguh-sungguh ada, itu haruslah memungkinkan untuk menempatkan Dia pada suatu tempat yang penting di dalam setiap bentuk mengenai kehidupan fenomena dan aktivitas. Bukanlah itu, walaupun dikatakan Bulan itu dipantulkan sebuah kolam air, tidak dipantulkan dalam keseluruhan kolam itu, tapi hanya dalam satu bagian penting darinya. Untuk mengetahui bahwa Akshobhya dipantulkan dalam dunia fenomena tidaklah cukup. Dunia itu terdiri dari lima skandha. Salah satu dari mereka itu haruslah pentulan aksobhya. Karena pengertian harfiah dari Aksobhya adalah ‘Yang Tenang Sekali’. Tantra mengenali Aksobhya dengar Vijnanaskandha atau kumpulan dari kesadaran. Pada prinsip ini Tantra membangun sistem dalam Buddha, Bodhisattva dan Dewa yang tidak terhitung semua mewakili baik aspek yang berbeda mengenai Realitas atau tingkatan yang berbeda mengenai Jalan Transendental, dihubungkan tidak hanya dengan suatu kumpulan (skandha) dari milik mereka, tapi juga dengan suatu kumpulan yang penting ‘mantra, mudra, unsur (elemen), arah, hewan, warna, indera-perasaan, bagian dari tubuh dan sebagainya.
Tantra adalah lebih sulit untuk memberikan suatu penjelasan daripada sekte lainnya dalam Buddhisme. Alasannya ialah kedua-duanya mengenai ajaran bagi internal dan eksternal. Untuk memulai dengan Tantra ialah bukan dengan penyamarataan teori tapi dengan latihan yang teratur dan mendalam, karena mengenai suatu tingkat yang lebih tinggi bukanlah eksoterik melainkan esoterik, yang selama berabad-abad dijaga secara bersama-sama dengan cara tradisi lisan dan dengan hati-hati melindungi dari keinginan-keinginan yang kotor.
Pada jaman sekarang, Tantrayana lebih dikenal berasal dari Tibet.
Sehingga orang awam berpendapat bahwa Tantrayana adalah agama Buddha Tibet,dan bersumber dari kepercayaan dan "rekayasa/ciptaan" bangsa Tibet.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena hanya di Tibet, Bhutan, Nepal,Ladakh, India dan Mongolialah Tantra tetap eksis dan bertahan sampai sekarang,terutama sekali di Tibet.
C.     Identitas Tantrayana di Tibet
Identitas mazhab Tantrayana di Tibet dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       matra atau ukuran yang dikenal sebagai silsilah turun-temurun (lineage).Silsilah turunan utama tersebut meliputi para Guru yang diawali dengan Sang Buddha, para acharya yang berasal dari India sampai dengan guru dari Tibet pada masa-masa sekarang ini, yang telah memberikan / menurunkan ajaran Tantrayana baik secara metode lisan maupun tulisan menurut tradisi turun-temurun.
b.      Faktor yang lain adalah kelompok ajaran secara lisan dan tulisan yang dihasilkan oleh para anggota daripada silsilah turun temurun (lineage) tersebut, termasuk uraian, karangan, komentar, tafsiran, ulasan, tekstual yang mengandung unsur ritual dan sebagainya.
c.       Sekte sekte dikenal pula dengan cara latihan masing-masing yang khas dan unik. Misalnya sekte Kar-gyu-pa menitik beratkan meditasi, yang umumnya disebut tradisi meditasi atau samadhi. Sedangkan sekte Kah-dam-pa ataupun sekte Ge-lup-pa dikenal memiliki tradisi disiplin intelektual.
d.      Faktor lain yang menonjol dan menarik perhatian adalah gabungan biara/ monastery tempat para Lama/Bhiksu yang berfungsi sebagai tempat belajar serta tempat latihan religi. Biasanya suatu biara merupakan markas besar yang resmi bagi satu sekte sambil dijadikan sebagai suatu contoh atau model bagi yang lainnya. Setiap sekte besar memiliki banyak biara. Sedang sekte yang kecil hanya memiliki satu atau dua biara saja.
e.       Setiap sekte juga dikenali dengan memimpin spiritual yang berkedudukan tinggi, biasanya disebut "Tulku"


D.    Sekte-sekte Tantrayana yang utama di Tibet
a.       Sekte nim-ma-pa (sekte jubah merah/ancient red sect)
Anggota sekte ini selalu memakai jubah dan topi merah. Mereka merupakan keturunan dari garis silsilah (lineage) dari maha guru Padma sambhava.
Mereka menjalankan ajaran esoteric (ajaran rahasia). Ajaran dan interpretasi sekte ini merupakan penggabungan dari Buddha Dharma dan Bon-pa. Dan di dalam prakteknya mereka tidak hanya merupakan jalan pikiran yang rasional, namun juga memerlukan inspirasi guna menguasai:
·         Dasar permulaan ajaran di transfer langsung dari para acarya India.
·          Mempertahankan tradisi teks-teks kuno yang disimpan / dipendam dalam bumi (tanah) seperti Kitab Bardo Thodol.
b.      Sekte Kah-dam-pa
Sekte ini dipelopori oleh Atissa Srinyana Dipankara pada tahun 1042 masehi. Atissa pada tahun 1012 pernah mengunjungi Sriwijaya dan berguru pada Maha Acarya Dharmapala selama duabelas tahun, Atissa kembali ke Tibet pada tahun 1042. Beliau wafat tigabelas tahun, kemudian perkembangannya dikemudian hari sekte ini bergabung denga Ge-lug-pa.
c.       Sekte Ge-lug-pa (Sekte jubah kuning)
Anggota sekte ini mengenakan jubah berwarna kuning. Sekte ini merupakan pembaharuan dari sekte Kah-dam-pa dan dipelopori oleh Tzong-ka-pa pada abad XV.
d.      Sekte Kar-gyu-pa
Sekte ini didirikan oleh Lama Marpa pada abad XI. Garis silsilah (lineage) sekte ini diawali dengan Buddha Vajradhara (symbol Penerangan Agung). Para siswa sekte ini dalam pelaksanaan latihan religi dan upacara ritualnya wajib memandang gurunya sebagai Vajradhara, supaya dapat lebih mendekatkan diri pada Sang Buddha, sambil menjamin keberhasilan hubungan erat antara guru dan murid. Salah seorang siswa Marpa yang terkenal adalah Milarepa, yang juga dikenal sebagai filsuf dan penyair terkenal dari Tibet.