infeed1

CŪĻAKAMMAVIBHAŃGA SUTTA (Penjelasan Pendek tentang Tindakan)

9:15 PM Add Comment


Disampaikan oleh   : Sang Buddha
Kepada                    : Seorang siswa brahmana bernama Subha
Tempat                   : Savathi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika
Latar belakang       : Pada waktu Sang Buddha berada di Savathi, seorang siswa brahmana bernama Subha, anak lelaki Todeyya pergi menemui Sang Buddha dan bertukar sapa dengan Beliau.
Inti sutta                 : Penyebab dan kondisi dari suatu tindakan.
Pembahasan           
            Seorang siswa brahmana bernama Subha menanyakan kepada Guru Gotama mengenai apa penyebab dan kondisi sehingga manusia terlihat ada yang inferior[1] dan superior[2], manusia ada yang pendek umur dan ada yang panjang umur, ada yang sakit sakitan dan ada yang sehat, ada yang buruk rupa ada yang elok rupawan, ada yang miskin dan ada yang kaya, ada yang lahir di kalangan rendah dan ada yang di kalangan atas, ada yang bodoh dan ada yang bijaksana.
            Kemudian dari pertanyaan tersebut Sang Buddha menanggapinya antara lain:
-          Seseorang yang memiliki sifat pembunuh, suka membunuh makhluk, suka berkelahi, suka kekerasan, tidak berbelas kasihan pada makhluk hidup maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan tidak bahagia dan bila dilahirkan menjadi manusia maka di manapun dia dilahirkan kembali, akan berumur pendek.
-          Sebaliknya seorang tidak melakukan perbuatan-perbuatan tersebut maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila dilahirkan menjadi manusia maka di manapun dia dilahirkan kembali, akan berumur panjang.
-          Seseorang suka melukai makhluk-makhluk dengan tangan, dengan bungkahan, dengan tongkat atau dengan pisau maka setelah meninggal akan muncul kembali dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi sakit-sakitan.
-          Sebaliknya, bila seseorang tidak melakukan hal seperti itu maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan bahagia dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia akan sehat.
-          Seseorang yang memiliki watak pemarah, mudah tersinggung bila dikritik, mudah marah, bersikap bermusuhan dan penuh kebencian, dan menunjukan kemarahan, kebencian dan kepahitannya itu maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi buruk rupa.
-          Sebaliknya bila seseorang tidak memiliki watak seperti itu maka maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi elok rupawan.
-          Seseorang memiliki sifat iri hati; membenci; dan menggerutu karena perolehan, rasa hormat, penghormatan, pujian, rasa salut, dan rasa kagum yang diterima oleh orang lain maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi tidak berpengaruh.
-          Sebaliknya, bila seseorang tidak memiliki sifat seperti itu maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi berpengaruh.
-          Seseorang yang tidak pernah memberikan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, rangkaian bunga, wangi-wangian, obat-obatan, tempat tidur, tempat berdiam, dan lampu kepada pertapa dan brahmana maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi miskin.
-          Sebaliknya bila seseorang senang berdana dan melakukan perbuatan baik maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi kaya.
-          Seseorang yang memiliki sifat keras kepala dan sombong; tidak menghormat pada orang yang layak menerima penghormatan, maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia dilahirkan di kalangan rendah.
-          Sebaliknya bila seseorang memiliki sifat tidak sombong dan menghormati kepada yang patut dihormati maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia dilahirkan di kalangan atas.
-          Seseorang tidak mengunjungi petapa atau brahmana dan menanyakan berbagai pertanyaan seperti apa yang bajik, apa yang tidak bajik, apa yang tercela, tidak tercela, apa yang harus dikembangkan, apa yang tidak dikembangkan, perbuatan apa yang akan membawa kesejahteraan dan tidak. Maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan kekurangan dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi bodoh.
-          Sebaliknya bila seseorang mengunjungi petapa dan menanyakan pertanyaan tersebut serta melakukan dan menjalankan perbuatan tersebut maka setelah meninggal akan terlahir dalam keadaan yang bahagia dan bila terlahir menjadi manusia di manapun dia dilahirkan kembali, dia menjadi bijaksana.
Demikianlah penjelasan yang disampaikan oleh Sang Buddha kepada siswa brahmana tersebut atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada Sang Buddha.
Akhir khotbah: siswa brahmana Subha yang sebagai pengikut umat awam menyatakan telah berlindung kepada Sang Buddha seumur hidupnya.
Kesimpulan:
Semua makhluk yang terlahir dalam kedadaan apa pun itu semua karena suatu makhluk adalah adalah pemilik tindakan mereka, pewaris tindakan mereka, terikat pada tindakan mereka, memiliki tindakan sebagai tempat berlindung, tindakan yang membedakan makhluk-makhluk menjadi inferior dan superior.
Referensi
Bhikkhu Nanamoli dan Bhikkhu Bodhi. 2008. Terjemahan The Middle Length Discourses of the Buddha. Klaten: Vihara Bodhivamsa.


[1] inferior /inférior/ a 1 bermutu rendah; 2 ki(merasa) rendah diri (KBBI, 2008:571)
[2] superior n 1 orang atasan; pemimpin; 2 kepala biara (pembesar) rumah ibadah (KBBI, 2008:1250)