NAKULAPITA SUTTA
Latar Belakang:
Mengenai seorang perumah tangga bernama Nakulapita yang meminta nasihat kepada Sang Bhagava supaya terarah pada kesejahteraan dan kebahagan dalam waktu yang lama.
Inti:
Kemudn Sang Bhagava menaasihati Nakulapita untuk melatih pikiran “Ketika aku sengsara tubuh, pikiranku tidak akan sengsara”. Setelah mendengar hal ini kemudn Nakulapita menemui YM Sariputta dan mengulang pernyataan ketika bertemu Sang Bhagava. Kemudn YM Sariputta menjelaskan mengenai bagaimana seseorang dapat ditubuh dan sengsara di pikiran.
· Menganggap bentuk sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk, atau bentuk sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk. Hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah bentuk, bentuk adalah milikku”. Selama hidup dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, bentuk itu berubah. Dengan perubahan bentuk itu, muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Menganggap perasaan sebagai diri, atau diri sebagai memiliki perasaan, atau perasaan sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam perasaan. Hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah perasaan, perasaan adalah milikku”. Selama hidup dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, perasaan itu berubah. Dengan perubahan perasaan itu, muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Menganggap persepsi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki persepsi, atau persepsi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam persepsi. Hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah persepsi, persepsi adalah milikku.” Selama hidup dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, persepsi itu berubah. Dengan perubahan persepsi itu, muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Menganggap bentukan-bentukan kehendak sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentukan-bentukan kehendak, atau bentukanbentukan kehendak sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentukan-bentukan kehendak. Hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah bentukan-bentukan kehendak, bentukan-bentukan kehendak adalah milikku”. Selama hidup dikuasai oleh gagasangagasan ini, bentukan-bentukan kehendak itu berubah. Dengan perubahan bentukan-bentukan kehendak itu, muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Menganggap kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah kesadaran, kesadaran adalah milikku.” Selam hidup dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, kesadaran itu berubah. Dengan perubahan kesadaran itu, muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
YM Sariputta juga menjelaskan mengenai bagaimana seseorang sengsara dalam tubuh tetapi tidak sengsara dipikiran.
· Tidak menganggap bentuk sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk, atau bentuk sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk. Tidak dengan hidup dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah bentuk, bentuk adalah milikku.” Selama hidup tanpa dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, bentuk itu berubah. Dengan perubahan bentuk itu, tidak muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Tidak menganggap perasaan sebagai diri, atau diri sebagai memiliki perasaan, atau perasaan sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam perasaan. Tidak hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah perasaan, perasaan adalah milikku.” Selama hidup tanpa dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, perasaan itu berubah. Dengan perubahan perasaan itu, tidak muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Tidak menganggap persepsi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki persepsi, atau persepsi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam persepsi. tidak hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah persepsi, persepsi adalah milikku.” Selama hidup tanpa dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, persepsi itu berubah. Dengan perubahan persepsi itu, tidak muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Tidak menganggap bentukan-bentukan kehendak sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentukan-bentukan kehendak, ataubentukan-bentukan kehendak sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentukan-bentukan kehendak. tidak hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah bentukan-bentukan kehendak, bentukanbentukan kehendak adalah milikku.” Selama hidup tanpa dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, bentukan-bentukan kehendak itu berubah. Dengan perubahan bentukan-bentukan kehendak itu, tidak muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
· Tidak menganggap kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. tidak hidup dengan dikuasai oleh gagasan: “Aku adalah kesadaran, kesadaran adalah milikku.” Selama hidup tanpa dikuasai oleh gagasan-gagasan ini, kesadaran itu berubah. Dengan perubahan kesadaran itu, tidak muncul dalam dirinya penderitaan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan.
Inilah pernyataan YM Sariputta kepada Nakulapita. Dengan sangat bergembira, perumah tangga Nakulapita bersukacita dengan pernyataan YM Sariputta.
Pesan Moral:
Pikiran itu lebih liar daripada binatang busa sekalipun. Maka marilah kita berlatih mengendalikan pikiran kita agar hidup kita selalu tentram. Tubuh kita boleh sakit tetapi jangan sampai pikiran kita ikut sakit.
Referensi:
-----------. 2009. Samyutta Nikaya 5. Klaten: Wisma Sambodhi.
Bhikkhu Bodhi. 2010. Terjemahan Baru Samyutta Nikaya. Jakarta: DhammaCitta Press. (PDF File).
EmoticonEmoticon