infeed1

MENGATASI RADIKALISME YANG MENGATASNAMAKAN AGAMA

1:49 PM

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa       3x

Sabbe tasanti daṇḍassa
Sabbe bhāyanti maccuno
Sabbe saṁ jivitaṁ piya
Attānaṁ upamaṁ katvā
            Semua makhluk memiliki rasa takut akan tindak kekerasan
            Semua makhluk hidup takut akan kematian
            Setiap makhluk hidup menghargai kehidupan mereka sendiri
            Ketika seseorang dihadapkan dengan kekerasan ia pasti membayangkan bahwa      situasinya sama dengan orang lain.
Namo Buddhaya,
Ladies and gentleman, good morning,
            Karma baik bagi kita sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini tanpa halangan apapun. Saya disini akan menyampaikan sedikit apa yang  telah disampaikan sang buddha tentang radikalisme yang mengatasnamakan agama.
            .Indonesia merupakan negara multikultur, multi etnis, multi agama dimana disitu terdapat banyak perbedaan. Sehingga memungkinkan banyaknya persinggungan- persinggungan yang kadang bisa menimbulkan masalah yang besar. Salah satunya adalah radikalisme yang mengatasnamakan agama. Ini adalah masalah akhir- akhir ini sering kita ketahui beritanya diberbagai media massa.
            Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.Namun, dalam hal ini perubahan atau pembaharuan dengan landasan agama atau kepercayaan yang dianut seseoorang.
            Radikalisme biasanya berujung kekerasan, seperti contoh yang dilakukan banyak organisasi masyarakat pada bulan tertentu. Mereka menertibkan warung- warung, diskotik dengan jalan kekerasan dengan alasan warung- warung atau diskotik tersebut melakukan aktifitas yang tidak sesuai ajaran agama. Kemudian kasus di monumen nasional ketika forum kebebasan beragama melakukan deklarasi kebebasan memeluk agama diserang oleh orang dari sebuah organisasi masyarakat.
            Penganut radikalisme beranggapan bahwa orang yang menentang hal tersebut akan mengalami kesukaran baik dimasa sekarang maupun masa mendatang. Hal ini kemudian menjadi dogma yang kemudian didoktrinkan kepada orang lain untuk menjadi pengikutnya.
            Dalam agama buddha, radikalisme akan menghambat kemajuan batin seseorang. Karena radikalisme merupakan salah satu ditthiupadana (kemelekatan terhadap pandangan salah dan jahat). Jelas bahwa orang yang memiliki paham radikalisme adalah orang yang memiliki moral buruk. Hal ini tentu bertentangan dengan apa yang telah diajarkan oleh Sang Buddha tentang cinta kasih terhadap semua makhluk.
            Secara umum radikalisme disebabkan oleh beberapa hal, yaitu;
1.      Timbulnya pandangan salah terhadap ajaran agama yang di anutnya seperti kesalahpahaman dalam menafsirkan isi kitab suci.
2.       Kurangnya kesejahteraan
Paham ini mudah didoktrinkan kepada orang- orang terutama orang yang kesejahteraannya kurang. Dengan janji akan diberi harta atau dengan mengikuti paham ini orang tersebut akan menjadi kaya.
3.      Balas dendam
Ketika salah satu individu atau dari kelompok atau organisasi masyarakat mempunyai masalah dengan organisasi masyarakat lain apalagi yang agamanya berbeda. Hal ini akan menimbulkan balas dendam dengan motif agama. 
4.      Ketidak sependapat terhadap kebijakan politik terutama yang merugikan agamanya. Jelas itu akan memicu kelompok- kelompok atau organisasi masyarakat tertentu untuk melakukan tindak kekerasan apabila kebijakan itu tidak dicabut atau dibenahi. Karena sekarang ini jarang sekali kelompok- kelompok atau organisasi masyarakat di Indonesia yang mau bernegosiasi. Walaupun ada yang mau tetapi jika pada akhirnya tidak ada kesepakatan bukan tidak mungkin nantinya juga akan berujung kekerasan. Karena merasa tidak mau mengalah.
            Sang buddha dalam Culaviyuha Sutta ( khotbah kecil tentang penyebab perselisihan) dan Mahaviyuha Sutta ( Khotbah utama tentang penyebab  kekerasan dan perselisihan). Penyebab utama kekerasan adalah perbedaan pandangan. Di tambah lagi sekarang dengan nafsu kemelekatan. Kemudian munculnya ego dalam diri seseorang merasa bahwa apa yang pandang atau yang menjadi paham itu paling benar. Adannya persinggungan- persinggungan dengan pihak lain itu akan membuat seseorang untuk mempertahankan apa yang diyakininya  dengan cara apapun termasuk dengan kekerasan.
            Meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama umat beragama akan mengikis radikalisme secara perlahan. Selain itu, adanya dialog dengan sesama umat beragama itu juga akan berperan mengatasi radikalisme. Sekarang ini juga di Indonesia sudah ada forum kebebasan umat beragama ( FKUB) ini adalah wadah bagi umat beragama di Indonesia untuk berdialog bertukar pendapat.
            Dalam Upali Sutta Majjhima Nikaya, Upali merupakan pengikut ajaran dari  Nigantha Nataputta yang diutus oleh gurunya untuk mengalahkan Sang Buddha dalam perdebatan. Tetapi akhirnya, Upali mengakui Buddha bukan hanya ajaran beliau saja, namun juga menghormati ajaran lain. Disini Upali tidak memiliki rasa dendam karena telah dikalahkan Sang Buddha namun justru memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap ajaran Sang Buddha dan ajaran lain. Kita hendaknya meniru apa yang dilakukan Upali bahwa kita harus senantiasa sadar bahwa pertikaian itu hanya akan menghambat kemajuan diri kita dan menambah karma buruk.
            Hal yang sangat penting juga adalah pluralisme agama, kita ketahui bahwa Indonesia ini banyak agama, banyak juga aliran- alirannya. Pluralisme agama dalah suatu konsep pandangan dunia bahwa sebuah agama yang di anut seseorang bukanlah bukanlah satu sumber kebenaran tetapi dalam agama orang lain pun dapat ditemukan nilai- nilai yang setidaknya bermakna baik. Ketika semua penganut agama di negeri ini sadar akan pluralisme bukan tidak mungkin akan terciptanya kenyaman beribadah. Kekerasan yang mengatasnamakan agama pun akan hilang. Karena kebebasan beragama juga merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Kita contoh Sang Buddha beliau tidak mencapai penerangan sempurna dengan kekerasan tetapi dengan memancarkan cinta kasih terhadap semua makhluk. Raja Asoka, dalam piagam- piagamnya yang salah satunya diberi nama “PIYADASSI” artinya “YANG PENUH PRIKEMANUSIAAN”, yang berisikan anjuran kepada rakyatnya agar hidup sesuai menurut Buddha Dharma yang diajarkan YMS Buddha Gotama, yaitu saling kasih mengasihi, saling hormat menghormati dan penuh toleransi terhadap semua paham serta aliran.“DALAM MEMBERIKAN PENGHORMATAN KEPADA AGAMANYA SENDIRI, JANGANLAH SEKALI-KALI MENCEMOOHKAN ATAU MENGHINA AGAMA-AGAMA LAINNYA DENGAN BERBUAT DEMIKIAN SELAIN MEMBUAT AGAMANYA SENDIRI BERKEMBANG, DAN DI SAMPING ITU TELAH PULA MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA AGAMA-AGAMA LAINNYA. JIKA BERBUAT KEBALIKANNYA, MAKA BERARTI MENGGALI LUBANG KUBUR UNTUK AGAMANYA SENDIRI, DI SAMPING ITU PULA MENCELAKAKAN AGAMA LAINNYA.

 BARANG SIAPA MENGHORMATI AGAMANYA SENDIRI, TETAPI MENGHINA KEPADA AGAMA LAINNYA DENGAN BERPIKIR BAHWA BERBUAT DEMIKIAN ADALAH TELAH MELAKUKAN SESUATU YANG BAIK SEBAGAI PEMELUK AGAMA YANG TAAT INI MALAH AKAN BERAKIBAT SEBALIKNYA, YAITU AKAN MEMUKUL AGAMANYA SENDIRI”
            Jadi, marilah kita ciptakan diri yang penuh pemaaf dan penuh kasih terhadap orang lain. Kita jaga kerukunan beragama agar tercipta suasana yang kondusif. Supaya kita dalam beribadah merasa nyaman dan tentram tidak ada pihak- pihak yang mengusik. Kita tunjukkan bahwa agama Buddha bukan agama yang keras, radikalis.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
May all being be happy ...

----------------

           




            

Artikel Terkait

Previous
Next Post »