Namo Tassa Bhagavato
Arahato Sammasambuddhassa 3x
Sabbe tasanti daṇḍassa
Sabbe bhāyanti
maccuno
Sabbe saṁ
jivitaṁ piyaṁ
Attānaṁ
upamaṁ katvā
Semua
makhluk memiliki rasa takut akan tindak kekerasan
Semua
makhluk hidup takut akan kematian
Setiap
makhluk hidup menghargai kehidupan mereka sendiri
Ketika
seseorang dihadapkan dengan kekerasan ia pasti membayangkan bahwa situasinya sama dengan orang lain.
Namo Buddhaya,
Ladies and gentleman, good morning,
Karma baik
bagi kita sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini tanpa halangan apapun.
Saya disini akan menyampaikan sedikit apa yang
telah disampaikan sang buddha tentang radikalisme yang mengatasnamakan
agama.
.Indonesia
merupakan negara multikultur, multi etnis, multi agama dimana disitu terdapat
banyak perbedaan. Sehingga memungkinkan banyaknya persinggungan- persinggungan
yang kadang bisa menimbulkan masalah yang besar. Salah satunya adalah
radikalisme yang mengatasnamakan agama. Ini adalah masalah akhir- akhir ini
sering kita ketahui beritanya diberbagai media massa.
Radikalisme
adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial
dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.Namun, dalam hal ini perubahan
atau pembaharuan dengan landasan agama atau kepercayaan yang dianut seseoorang.
Radikalisme
biasanya berujung kekerasan, seperti contoh yang dilakukan banyak organisasi
masyarakat pada bulan tertentu. Mereka menertibkan warung- warung, diskotik
dengan jalan kekerasan dengan alasan warung- warung atau diskotik tersebut
melakukan aktifitas yang tidak sesuai ajaran agama. Kemudian kasus di monumen
nasional ketika forum kebebasan beragama melakukan deklarasi kebebasan memeluk
agama diserang oleh orang dari sebuah organisasi masyarakat.
Penganut
radikalisme beranggapan bahwa orang yang menentang hal tersebut akan mengalami
kesukaran baik dimasa sekarang maupun masa mendatang. Hal ini kemudian menjadi
dogma yang kemudian didoktrinkan kepada orang lain untuk menjadi pengikutnya.
Dalam agama
buddha, radikalisme akan menghambat kemajuan batin seseorang. Karena radikalisme
merupakan salah satu ditthiupadana (kemelekatan terhadap pandangan salah dan
jahat). Jelas bahwa orang yang memiliki paham radikalisme adalah orang yang
memiliki moral buruk. Hal ini tentu bertentangan dengan apa yang telah
diajarkan oleh Sang Buddha tentang cinta kasih terhadap semua makhluk.
Secara umum
radikalisme disebabkan oleh beberapa hal, yaitu;
1. Timbulnya
pandangan salah terhadap ajaran agama yang di anutnya seperti kesalahpahaman dalam
menafsirkan isi kitab suci.
2. Kurangnya kesejahteraan
Paham ini mudah didoktrinkan kepada orang-
orang terutama orang yang kesejahteraannya kurang. Dengan janji akan diberi
harta atau dengan mengikuti paham ini orang tersebut akan menjadi kaya.
3. Balas
dendam
Ketika salah satu individu atau dari kelompok
atau organisasi masyarakat mempunyai masalah dengan organisasi masyarakat lain
apalagi yang agamanya berbeda. Hal ini akan menimbulkan balas dendam dengan
motif agama.
4. Ketidak
sependapat terhadap kebijakan politik terutama yang merugikan agamanya. Jelas
itu akan memicu kelompok- kelompok atau organisasi masyarakat tertentu untuk
melakukan tindak kekerasan apabila kebijakan itu tidak dicabut atau dibenahi.
Karena sekarang ini jarang sekali kelompok- kelompok atau organisasi masyarakat
di Indonesia yang mau bernegosiasi. Walaupun ada yang mau tetapi jika pada
akhirnya tidak ada kesepakatan bukan tidak mungkin nantinya juga akan berujung
kekerasan. Karena merasa tidak mau mengalah.
Sang buddha
dalam Culaviyuha Sutta ( khotbah kecil tentang penyebab perselisihan) dan
Mahaviyuha Sutta ( Khotbah utama tentang penyebab kekerasan dan perselisihan). Penyebab utama
kekerasan adalah perbedaan pandangan. Di tambah lagi sekarang dengan nafsu
kemelekatan. Kemudian munculnya ego dalam diri seseorang merasa bahwa apa yang
pandang atau yang menjadi paham itu paling benar. Adannya persinggungan-
persinggungan dengan pihak lain itu akan membuat seseorang untuk mempertahankan
apa yang diyakininya dengan cara apapun
termasuk dengan kekerasan.
Meningkatkan
rasa toleransi terhadap sesama umat beragama akan mengikis radikalisme secara perlahan.
Selain itu, adanya dialog dengan sesama umat beragama itu juga akan berperan
mengatasi radikalisme. Sekarang ini juga di Indonesia sudah ada forum kebebasan
umat beragama ( FKUB) ini adalah wadah bagi umat beragama di Indonesia untuk
berdialog bertukar pendapat.
Dalam Upali
Sutta Majjhima Nikaya, Upali merupakan pengikut ajaran dari Nigantha Nataputta yang diutus oleh gurunya
untuk mengalahkan Sang Buddha dalam perdebatan. Tetapi akhirnya, Upali mengakui
Buddha bukan hanya ajaran beliau saja, namun juga menghormati ajaran lain.
Disini Upali tidak memiliki rasa dendam karena telah dikalahkan Sang Buddha
namun justru memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap ajaran Sang
Buddha dan ajaran lain. Kita hendaknya meniru apa yang dilakukan Upali bahwa
kita harus senantiasa sadar bahwa pertikaian itu hanya akan menghambat kemajuan
diri kita dan menambah karma buruk.
Hal yang
sangat penting juga adalah pluralisme agama, kita ketahui bahwa Indonesia ini
banyak agama, banyak juga aliran- alirannya. Pluralisme agama dalah suatu
konsep pandangan dunia bahwa sebuah agama yang di anut seseorang bukanlah
bukanlah satu sumber kebenaran tetapi dalam agama orang lain pun dapat
ditemukan nilai- nilai yang setidaknya bermakna baik. Ketika semua penganut
agama di negeri ini sadar akan pluralisme bukan tidak mungkin akan terciptanya
kenyaman beribadah. Kekerasan yang mengatasnamakan agama pun akan hilang.
Karena kebebasan beragama juga merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Kita
contoh Sang Buddha beliau tidak mencapai penerangan sempurna dengan kekerasan
tetapi dengan memancarkan cinta kasih terhadap semua makhluk. Raja Asoka, dalam
piagam- piagamnya yang salah satunya diberi nama “PIYADASSI” artinya “YANG
PENUH PRIKEMANUSIAAN”, yang berisikan anjuran kepada rakyatnya agar hidup
sesuai menurut Buddha Dharma yang diajarkan YMS Buddha Gotama, yaitu saling
kasih mengasihi, saling hormat menghormati dan penuh toleransi terhadap semua
paham serta aliran.“DALAM MEMBERIKAN PENGHORMATAN KEPADA AGAMANYA SENDIRI,
JANGANLAH SEKALI-KALI MENCEMOOHKAN ATAU MENGHINA AGAMA-AGAMA LAINNYA DENGAN
BERBUAT DEMIKIAN SELAIN MEMBUAT AGAMANYA SENDIRI BERKEMBANG, DAN DI SAMPING ITU
TELAH PULA MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA AGAMA-AGAMA LAINNYA. JIKA BERBUAT
KEBALIKANNYA, MAKA BERARTI MENGGALI LUBANG KUBUR UNTUK AGAMANYA SENDIRI, DI
SAMPING ITU PULA MENCELAKAKAN AGAMA LAINNYA.
BARANG SIAPA
MENGHORMATI AGAMANYA SENDIRI, TETAPI MENGHINA KEPADA AGAMA LAINNYA DENGAN
BERPIKIR BAHWA BERBUAT DEMIKIAN ADALAH TELAH MELAKUKAN SESUATU YANG BAIK
SEBAGAI PEMELUK AGAMA YANG TAAT INI MALAH AKAN BERAKIBAT SEBALIKNYA, YAITU AKAN
MEMUKUL AGAMANYA SENDIRI”
Jadi,
marilah kita ciptakan diri yang penuh pemaaf dan penuh kasih terhadap orang
lain. Kita jaga kerukunan beragama agar tercipta suasana yang kondusif. Supaya
kita dalam beribadah merasa nyaman dan tentram tidak ada pihak- pihak yang
mengusik. Kita tunjukkan bahwa agama Buddha bukan agama yang keras, radikalis.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
May all being be happy ...
----------------
EmoticonEmoticon