infeed1

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI CHINA

9:15 PM
                                      http://www.chinadiscovery.com/assets/images/travel-guide/leshan/giant-buddha/leshan-giant-buddha-fact-876-2.jpg

A.    Latar Belakang
Agama Buddha pada awal masehi terbagi menjadi dua aliran besar yaitu aliran selatan dan utara. Aliran selatan berdasarkan naskah awal kotbah sang Buddha,menitik beratkan pada sanha dan pada pencapaian Nivarana secara pribadi, menuju kepada pencapaian arahat. Theravada modern yang sekarang berkembang di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos dan srilanka merupakan ahli waris dari aliran selatan dan aliran/ sekte theravada masih berkelanjutan. Sedangkan aliran utara atau mahayana lebih menitik beratkan pada tujuan Bodhisattva yaitu seseorang yang sudah mencapai tingkat ke-Buddha-an sehingga tidak perlu dilahirkan, namun masih mau dilahirkan untuk menolong dan menyelamatkan orang lain yang belum mencapai tingkat kesucian. Mahayana hingga saat ini dapat dijumpai di Tibet, Nepal, China, Vietnam, Korea dan Jepang.
B.     Awal Mula Agama Buddha Masuk Ke Cina
Agama Buddha berkembang ke Cina sekitar abad kedua sebelum Masehi melalui Asia Tengah serta mulai berpengaruh pada masa pemerintahan Kaisar Ming (58- 75 M). Sejak Dinasti Han (25- 220M) pengaruh agama Buddha mulai menjadi perhatian dan persoalan. Kira- kira pada masa itulah Mo Tzu menyusun bukunya Li- huo- lun (Menangkis Kekeliruan) sebagai apologia (pembelaan) agama Buddha.
Pada tahun 147 M seorang bhiksu dari Asia Tengah bernama Lokaraksha telah menetap di Loyang, ibukota Dinasti Han masa itu. Pada abad 2, ke 3 dan ke 4 banyak bhiksu dari India ke Cina dan giat menyalin berbagai Sutra dan Sastra kedalam Bahasa Cina.
Pada tahun 399 M seorang bhiksu dari Cina bernama Fa- Hien, bersama rombongannya terdiri atas 10 orang,melawat ke India melalui jalan darat untuk mempelajari agam Buddha. Pada tahun 413M, ia pulang melalui jalan laut dengan singgah di Sriwijaya (Sumatra) dan Jawa. Ia giat menyalin berbagai sutra. Catatannya mengenai negeri- negeri Buddha (Record of Buddhist Countries) terkenal  samapi kini.
Perkembangan agama Buddha di China disebabkan oleh banyak tokoh terpelajar yang pergi ke India atau Sri Lanka untuk belajar melalui kitab-kitab dan filsafat agama Buddha di India atau sri Lanka. Di India maupun Sri Lanka para pelajar tersebut belajar dengan guru yang berbeda- beda, sehingga pelajaran tentang agama Buddha yang di dapat juga berbeda-beda. Sekembalinya ke negaranya, pengetahuan yang telah didapatkan itu kemudian mereka tularkan kepada masyarakat sehingga ajaran agama Buddha menyebar. Para terpelajar mempunyai banyak pengikut dan mendirikan aliran tersendiri yang sendiri sesuai dengan ajarannya masing-masing. Di samping mengajarkan tentang agama Buddha para pelajar juga menerjemahkan Kitab Agama Buddha ke dalam bahasa China
C.    Aliran- aliran Agama Buddha di Cina
1.      Aliran Theravada
a)      Cheng- shih (di India bernama aliran Sautrantika), yang berpendirian bahwa dharma dan kehidupan itu hanya maya realitas. Aliran ini berkembang sampai abad ke- 6 dan mengalami kemunduran pada abad ke- 8 ditelan aliran San- lun (Mahayana).
b)      Chu- she (di India bernama aliran Vaibashika), berpendirian bahwa dharma dan kehidupan itu hanya realitas. Aliran ini berkembang sampai abad ke- 7 dan mengalami kemunduran dan ditelan aliran Mahayana.
c)      Lu, yaitu aliran yang mempertahankan tata tertib yang ketat bagi kehidupan sangha, berdasarkan Vinaya- Pitaka. Doktrin dari aliran ini disempurnakan oleh Tao-shuan (596- 667 M), seorang bhiksu terkemuka dari Gunung Selatan. Pada tata- tertib yang ketat itu termasuk 250 buah larangan bagi bhiksu dan 348 buah larangan bagi bhiksuni. Lambat laun aliran tersebut meresapi aliran yang lain sehingga bukan aliran tersendiri.
2.      Aliran Mahayana
a)      San- lun
San- lun bermakna: Tiga Sutra. Aliran itu berdasarkan tiga karya yang disalin Kumarajiva ke dalam bahasa Cina. Dua buah daripadanya adalah karya Nagarjuna dan sebuah lagi karya muridnya, Deva. Aliran ini di India bernama Madhyamika (aliran tengah). Aliran tersebut berpendirian bahwa seluruh alam luar itu hanya suatu realitas terbatas belaka, tidak merupakan realitas penuh. Titik tolak aliran Madhyamika itu berpangkal pada empat dalil yang pada intinyamenolak setiap idea tentang: ada, tidal ada, srentak ada dan tidak ada, serentak ada dan bukan tidak ada. Aliran ini di China dikembangkan dan makin disempurnakan oleh Dhi-Tsang (549-623 M), seorang Bhikkhu yang terayah dari Parsi dan ibu dari China.
b)      Wei- shih
Wei- shih itu bermakna: hanya kesadaran. Aliran ini di India dikenal dengan Vijnnana Vada yang dibangun oleh Asanga. Sebelum buah tangan Asanga disalin kedalam bahasa China maka aliran ini dikenal dengan sebutan She-Lun. Aliran ini belakangan dikenal dengan aliran Fahsiang (Dharmakaya), dibangun oleh Huan-Shang (596-664 M). seorang Bhikkhu, penyalin dan ahli pikir.
c)      Tien- tai
Tien- tai di Jepang disebut dengan aliran Nichiren. Apabila pada mulanya aliran ini berdasarkan pada Saddharma-Pundarika-Sutra (seroja dari hukum terbaik), tetapi dalam perkembangannya penapsiran terhadap karya tersebur yang diberikan oleh Chih-kai (538-597 M). Chih-kai adalah nama seorangBhikkhu berasal dari wilah gunung Tien-tai dalam provinsi Chikyang, tempat Chih-tai membuka perguruanya. Pandangan-pandangan Gheieh-kai dicatat dan dihimpun oleh muridnya, kuan-ting, dan merupakan tiga-karya-besar dari aliran Tien-tai itu yaitu:
1.      Fa-hua wen-chu: kata dan kalimat dalam seroja
2.      Fa-hua hsuan-i:npangertian yang lebih dalam dariseroja
3.      Mo-ho Chih-kuan: kesadaran dan renungan
d)     Hua- yen
Aliran ini bermakna Kalung Bunga (Flower Garland School). Aliran Hua- yen ini berdasarkan Avatamsaka- Sutra, sebuah karya dari India Utara, mengemukakan ajaran Sakyamuni dalam kedudukannya sebagai penjelmaan Buddha Vairochana. Aliran ini mula- mula dibangun oleh Tua- shun (557- 640 M), kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh Fa- tsang (643- 712 M),seorang Guru Besar dari Hsien- show. Pokok ajaran utama aliran ini adalah Kausalitas Universil, yaitu hukum sebab- musabab yang universil.
e)      Chan
Aliran Chan di Cina di India dikenal dengan aliran Dhyana dan di Jepang aliran Zen. Dhyana itu bermakna samadhi (meditasi). Chan dan Zen ini perubahan bunyi menurut dialek Cina dan Jepang.
f)       Ching- tu
Aliran Ching- tu ini juga disebut dengan aliran Sukhavati (Happy Land School),didasarkan pada Sukhavati- Vyusha- Sutra. Sukhavati ini dikuasai oleh Buddha Amitabha, di Cina disebut Kwan- Yin dan di Jepang disebut Amida.
g)      Chen- yen
Chen- yen bermakna Kata yang Benar. Aliran ini berpendirian bahwa alam semesta ini berisikan tiga misteri: pikiran, bicara dan perbuatan.  Doktrin ini pada awalnya berpengaruh di Cina tetapi berangsur- angsur mundur kecuali di Tibet dan di Jepang.
D.    Tanggapan Masyarakat Cina Terhadap Agama Buddha
 Ketika agama Buddha masuk ke China, pada dasarnya tidak mau menerima karena masyarakat berangapan bahwa agama Buddha merupakan agama mistik. Karena pada saat itu di China terdapat aliran Kong Hu Chu dan Tao sehingga masyarakat belum dapat menerima kedatangan agama Buddha. Akan tetapi tidak lama kemudian masyarakat China dapat menerima kedatangan Agama Buddha karena masyarakat di China berangapan bahwa agama Buddha memiliki nilai dan fungsi dalam praktik spiritual dan juga mengajarkan tingkah laku yang baik.
Masyarakat Cina yang menerima agama Buddha Mahayana memandang dan menerima Buddha Sakyamuni sesuai dengan pandangan/ pemikiran Mahayana, dimana Buddha Sakyamuni diterima sebagai perwujudan Dharmakaya dan bersifat di atas manusia. Buddha Sakyamuni diterima tidak berbeda dengan para Buddha lainnya. Masyarakat Cina lebih memberikan perhatian kepada para Bodhisattva yang dapat membantu manusia keluar dari penderitaannya melalui pemujaan kepada mereka.
E.     Kemunduran Agama Buddha di Cina
Pada tahun 845 agama Buddha di Cina menghadapi cobaan berat. Kaisar Wu Zongyang berkuasa mengeluarkan perintah untuk menghabisi agama Buddha karena pertimbangan ekonomi. Lebih dari 4600 vihara dan 40000 biara diwilayah kerajaan dihancurkan, lebih dari 260500 bhiksu dan bhiksuni dipaksa kembali ke kehidupan rumah tangga sementara lebih dari 150000 dipaksa bekerja dikerajaan. Demikian pula tidak dapat dibayangkan banyaknya karya- karya sutra dan sastra yang ditulis selama 6 dinasti ikut terbakar dan hancur.
Dalam keadaan tersebut yang dapat bertahan hanya aliran Chan saja karena aliran ini tidak bergantung pada kitab- kita suci ataupun upacara. Krisis yang terjadi pada masyarakat Cina setelah runtuhnya dinasti Han telah diisi oleh nilai- nilai yang dibawa oleh ajaran agama Buddha yang masuk melewati Asia tengah.
Referensi:
Wahyono, Mulyadi. 1992. Sejarah Perkembangan Agama Buddha 1. Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka

Artikel Terkait

Previous
Next Post »