infeed1

GHOTAMUKHA SUTTA

8:05 PM
Kepada Gothamukha
Tempat: Khe­miyambavana, Baranasi.

Inti Sutta

                 Suatu diskusi terjadi antara Bhante Udena dan seorang brahmana bernama Ghoṭamukha berkenaan dengan praktek kehidupan suci. Bhante Udena menjelaskan 4 macam manusia yang menjalani praktek pertapa.
  1. Ada orang yang suka menyiksa dirinya, tertarik dalam penyiksaan dirinya.Di sini seorang manusia yang telanjang, menolak adat, menjilat tangannya, tidak datang bila ditanya, tidak berhenti bila ditanya; dia tidak menerima apa-apa dari luar dari sebuah pot, dari luar sebuah mang­kok, melewati ambang pintu, melewati tongkat, melewati sebuah alat penumbuk, dari dua orang yang sedang makan bersama-sama, dari seorang wanita yang bersa­ma anaknya, dari seorang wanita yang sedang menyususi anaknya, dari (tempat) seorang wanita yang sedang berbaring, dari tempat makanan yang diiklankan untuk disalurkan, dari tempat seekor anjing sedang menunggu, dari tempat lalat mendengaung; dia tidak menerima daging atau ikan, dia tidak minum minuman keras, anggur atau minuman yang memabukkan; dia tetap ke satu rumah, untuk sesuap  makanan; dia tetap ke dua rumah, untuk dua suap makanan .... Ia tetap ke tujuh rumah, untuk tujuh suap makanan. Dia hidup dengan satu cawan, dengan dua cawan .... Dengan tujuh cawan, sehari; dia mengambil makanan sehari seka­li, dua hari sekali .... Tujuh hari sekali, dan begitulah sampai empat belas hari sekali. Dia tetap mengikuti praktik mengambil makanan pada saat istira­hat. Dia seorang pemakan sayur-sayuran, atau padi-padian, atau padi liar, atau dedak, atau lumut, atau dedak padi, atau ampas, atau tepung sesamun, atau rumput, atau pupuk sapi; dia hidup dengan akar hutan dan dengan buah-buahan sebagai sumber rezeki pengisi perut. Dia berpakaian dengan rami, dengan pakai­an yang bercampur rami, dengan kain kafan, dengan kain compang-camping yang sudah tak terpakai, dengan kulit pohon, dengan kulit rusa, dengan barang tenunan rumput kusa, dengan barang tenunan kulit pohon, dengan barang tenunan kulit kayu, dengan wol rambut kepala, dengan wol hewan, dengan sayap burung hantu. Dia yang mencukur rambut dan jenggotnya, mengikuti praktek mencukur rambut dan jenggotnya. Dia yang berdiri terus menerus, menolak tempat duduk. Dia yang jongkok terus menerus, setia untuk tetap berposisi jongkok. Dia merupakan seorang yang menggunakan matras yang  berpaku besar; dia membuat matras berpaku besar sebagai tempat tidurnya. Dia tetap mengikuti praktik mandi dalam air untuk waktu yang ketiga kalinya di malam hari. Nyatanya dia tetap mengikuti praktik penyiksaan dan penganiayaan tubuh dalam aspek utama­nya. Inilah manusia yang disebut penyiksa diri, yang senang dengan penyiksaan diri.
  2. Ada orang yang suka menyiksa orang lain , dan tertarik dalam penyiksaan orang lain. Di sini ada manusia yang merupakan penjagal domba, penjagal babi, penjagal unggas, pemasang perangkap binatang buas, seorang pemburu, seorang penangkap ikan, pelaksana hukuman untuk narapidana, seorang penjaga penjara, atau mengikuti pekerjaan berdarah lainnya. Inilah yang dise­but manusia yang menyiksa makhluk lainnya, yang senang dengan penganiayaan makhluk lainnya.
  3. Ada orang  yang suka menyiksa dirinya sendiri, terta­rik dalam penyiksaan diri sendiri, juga ia menyiksa orang lain, tertarik  dalam penyiksaan orang lain. Di sini seseorang  yang merupakan prajurit yang mulia yang memberi perminyakan suci, raja, atau hartawan besar. Dia mempunyai kuil suci yang baru yang dibuat untuk kota bagian timur, dan telah mencukur rambut dan jenggotnya, berpakaian dengan kulit yang kasar dan meminyaki tubuhnya dengan susu mentega dan minyak, mencakar punggungnya dengan tanduk rusa, dia masuk ke kuil pengorbanan bersama dengan ratu dan pendeta terhormat dari kasta brahmana. Di sana dia berbaring di atas tanah kosong yang berumput di atasnya. Raja menggunakan susu yang ada dalam puting susu sapi bersama anak sapi dari warna yang sama sedangkan ratu menggunakan susu yang berada dalam puting susu kedua, dan pendeta terhormat brahmana ini menggunakan susu yang berada dalam puting susu yang ketiga, dan susu yang berada dalam puting susu yang keempat mereka tuang ke dalam api : anak sapi menggunakan susu yang tersisa. Dia berkata demikian : "Biarkan sekian banyak sapi jantan disembelih untuk pengorbanan, biarkan sekian banyak pohon ditebang untuk tempat pengorbanan, biarkan sekian banyak rumput dipotong untuk rumput pengor­banan." Dan kemudian para budaknya dan pesuruh dan pelayannya membuat persia­pan dengan wajah yang menyedihkan dan menangis, mereka yang didorong oleh ancaman hukuman dan oleh rasa takut. Inilah yang disebut jenis manusia yang menyiksa diri sendiri, yang senang dengan penganiayaan diri, dan penyiksaan makhluk lainnya, yang senang dengan penganiayaan makhluk lainnya.
  4. Ada orang  yang tidak ingin menyiksa  dirinya  sen­diri, tidak tertarik dalam penyiksaan dirinya sendiri, ia pun tidak menyiksa orang lain, tidak tertarik dalam penyik­saan orang lain;  karena ia tidak menyiksa diri sendiri maupun  orang  lain, di sini dan sekarang ia tidak kepana­san, padam, dingin, ia hidup mengalami kesenangan seperti seseorang yang menjadi brahma dalam dirinya. Di sini, seorang Tathagata muncul di dunia, yang besar menjadi Arahat dan mencapai pencerahan sempurna, sempurna dalam pengetahuan yang besar dan perbuataan, yang mengetahui semua dunia, pemimpin yang tak dapat ditandingi untuk menjinakkan manusia, guru para dewa dan manusia, yang mencapai pencerahan, yang diberkahi.


Penjelasan mengenai  keempat hal ini lebih detail terdapat dalam Kandaraka Sutta 8- 29.

Kemudian Bhante Udena juga menanyakan kepada Brahmana Goṭamukha untuk memilih salah satu diantara dua jenis manusia. Dua jenis kelompok tersebut adalah:
  1. Ada  kelompok yang ingin permata dan anting-anting, mencari pekerja wanita dan pria, mencari ladang dan tanah, mencari emas dan perak.
  2.  Ada kelompok lain yang sama sekali tidak menginginkan permata dan anting-anting, meninggalkan istri dan anak-anak, meninggalkan pekerjaanya, laki dan perempuan, meninggalkan ladang-ladangnya dan tanah­nya, meninggalkan emas dan perak, meninggalkan kehidupan berumah-tangga menjadi tak berumah-tangga. Juga kelompok ini tidak menyiksa diri mereka, tidak tertarik  menyiksa orang lain; kelompok ini, karena mereka tidak menyiksa diri mereka dan orang lain, maka  di sini dan sekarang mereka tidak panas, padam, dingin dan telah menjadi brahma dalam dirinya, mereka hidup dengan menyenangkan.

                 Setelah khotbah itu, brahmana itu pun menjadi siswa Bhante Udena dan berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Kemudian Brahmana Ghoṭamukha akan memberikan dana berupa vihara yang didirikan di Pataliputta. Sekarang tempat ini bernama Ghotamukhi.

Pesan Moral


Berdiskusilah hal positif yang memberikan pengetahuan dan pencerahan bagi diri kita dan orang lain.

Referensi
 Anggawati, Lanny.2000.Panduan Tipitaka. Klaten: Wisma Sambodhi.
Anggawati, Lanny. 2006. Majjhima Nikaya 5. Klaten: Wisma Sambodhi.
  http://majjhimanikaya-rustam.blogspot.com/2010/03/ghotamukkha-sutta.html (diakses tanggal 17 November 2012)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »